Biasanya, data center (DC) atau pusat data berada di gedung yang didiami puluhan bahkan ratusan server yang terhubung ke Internet dan mengkonsumsi energi yang sangat besar.
Sebagian besar energi digunakan untuk menjalankan (menghidupkan) server-server yang ada dan mendinginkan server supaya berjalan dengan lancar (tidak crash) karena mengalami kepanasan (overheat) pada sistem.
Beragam teknologi sistem pendinginan data center sudah cukup banyak, mulai dari pemilihan lokasinya di daerah yang tidak panas (cool), hingga memakai cairan pendingin (liquid coolant) di area panas server.
Microsoft melakukan eksperimen baru dengan menenggelamkan server atau pusat datanya ke bawah laut selama lima tahun.
Terobosan itu terbukti dapat mengurangi biaya pendinginan sehingga lebih efisien dan menghemat keuangan perusahaan, mengingat salah satu komponen biaya terbesar untuk menjalankan pusat data adalah biaya pendinginan.
Data Center Microsoft di bawah laut 1
Server-server membutuhkan pendingin yang stabil supaya sistem dapat bekerja lebih optimal, mengingat server-server mengeluarkan suhu yang panas ketika bekerja. Tentunya, air laut dapat mendinginkan server-server tersebut.
"Kami pikir sistem pendinginan akan lebih baik di bawah laut dari pada di darat," kata Ben Cutler yang bertugas untuk pusat data bawah laut bernama Project Natick seperti dikutip Gizmodo dan News.Microsoft.
Microsoft menempatkan 12 rak server ke dalam sebuah silinder besi raksasa berwarna putih. Jumlah server itu cukup untuk menyimpan lima juta film. Tentu saja, pusat data itu terhitung kecil ketimbang kebanyakan pusat data Microsoft lainnya.
Microsoft akan menghubungkan data center itu ke kabel data bawah laut dan membangun pusat data di bawah laut jauh lebih cepat ketimbang membangunnya di darat. Kerugiannya, server-sever yang berada di dalam laut itu tidak dapat diperbaiki jika rusak.
Jika proyek Natick itu berhasil, maka Microsoft akan menenggelamkan lima silinder serupa lainnya dan Microsoft membutuhkan waktu selama 90 hari untuk membangun lima silinder tersebut.
Sebagai perbandingan, Microsoft membutuhkan waktu setahun untuk membangun pusat data di darat.
Setengah populasi manusia (3,5 miliar) yang bermukim di sekitar 200 km laut juga menjadikan DC di laut menjadi semakin dekat menjangkau mereka.
Terakhir, manfaat yang tidak kalah pentingnya adalah pusat data bisa dihadirkan di daerah yang sedang tertimpa bencana alam, seperti gempa bumi yang merusak infrastruktur Internet di daratan.