Perusahaan layanan ride sharing terbesar Tiongkok, Didi Chuxing, melakukan eskpansi bisnis dan operasional ke Australia sekaligus menjadi negara barat pertama yang disinggahi oleh Didi Chuxing.
Dengan ekspansi ini, Didi Chuxing akan berhadapan dengan Uber di Australia. Akan tetapi, persaingan keduanya bukanlah hal baru. Bahkan Didi Chuxing sukses memaksa Uber "angkat kaki" dari Tiongkok dengan membeli bisnisnya di negara tersebut.
Didi Chuxing akan memperkenalkan layanannya di Melbourne, kota terbesar kedua di Australia, pada akhir bulan ini.
Selain Australia, Didi Chuxing juga akan melebarkan sayap bisnisnya mengekspansi ke negara lainnya, yaitu Amerika Latin dan Jepang. Di Jepang mereka membentuk sebuah usaha bersama dengan SoftBank.
"Tahun ini, Didi akan masuk ke pasar Amerika Latin, Australia, Jepang. Kami yakin kombinasi teknologi transportasi kelas dunia dan keahlian lokal akan menghasilkan pengalaman yang lebih baik di pasar luar negeri," tulis Didi dalam keterangannya seperti dikutip Ubergizmo.
Didi masuk ke Australia berselang dua bulan dengan kehadirannya di Meksiko yang merupakan pasar inti lain untuk Uber. Didi mampu memasuki pasar Brasil dengan membeli operator lokal 99 pada Januari lalu.
Australia pun merupakan salah satu pasar utama Uber yang telah hadir sejak 2012. Saat ini Uber telah mematuhi peraturan dan beroperasi di sekitar 20 kota di seluruh negeri.
Bersamaan dengan ride-hailing, Uber juga menawarkan taksi, pengiriman makanan, dan layanan berbagi sepeda di Australia. Uber telah menarik diri dari beberapa pasar internasional. Pada Maret, Uber telah menjual operasinya di delapan negara Asia Tenggara ke Grab Inc yang berbasis di Singapura. Uber juga sudah menghadapi penantang lain di Australia yakni Ola Cabs India diluncurkan di Sydney, Perth, Melbourne, Brisbane, Gold Coast dan Canberra.
Taxify dari Estonia memasuki negara itu akhir tahun lalu dan menawarkan layanan di Sydney dan Melbourne.