SpaceX sukses mendapatkan kontrak USD 130 juta atau sekitar Rp1.83 triliun dari Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) atau US Air Force.
SpaceX berhasil mengalahkan United Launch Alliance, perusahaan patungan antara Boeing dan Lockheed Martin yang mengandalkan roket Delta 4 untuk mengorbitkan satelit ke ruang angkasa. Kontrak kerja itu mengharuskan SpaceX untuk meluncurkan satelit Space Command-52 milik Air Force ke luar angkasa dengan roket Falcon Heavy miliknya yang telah memperoleh setifikasi dari USAF.
Selain itu, SpaceX juga harus memproduksi kendaraan peluncuran dan segala peralatan untuk kesuksesan peluncuran tersebut.
"SpaceX bangga dan terhormat, Air Force telah memilih Falcon Heavy untuk meluncurkan misi AFSPC-52," kata Gwynne Shotwell (Presiden dan Chief Operating Officer SpaceX) seperti dikutip The Verge.
SpaceX pun sudah mendapatkan seritifkasi resmi dari USAF walaupun baru sekali peluncuran.
Padahal, Space and Missile Systems Command USAF mengatakan Falcon Heavy harus melakukan minimal dua peluncuran atau maksimal 14 peluncuran sebelum mendapatkan sertifikasi untuk peluncuran yang rahasia dan terkait dengan keamanan nasional. SpaceX akan mengerjakan proyek itu di markas SpaceX, Kennedy Space Center, Florida dan di McGregor, Texas. Rencananya, proyek itu akan selesai pada 2020 dan akan diluncurkan di Kennedy Space Center.
"SpaceX akan terus menawarkan pembayar pajak Amerika dengan layanan peluncuran yang paling hemat dan andal untuk misi luar angkasa yang vital bagi keamanan nasional," ujarnya.
"AU AS memilih melelang proyek pengiriman satelit ke luar angkasa untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah AS," kata Letnan Jenderal John Thompson (Komandan AU dan Pusat Sistem Rudal AS).
Thompson mengatakan pengiriman satelit militer itu bertujuan untuk meningkatkan sistem keamanan AS di masa depan. AS akan terus melakukan inovasi untuk memperkuat sistem keamanan nasional. Bahkan, AS akan mengirimkan robot ke bulan.
"Kami memilih SpaceX daripada United Launch Alliance karena harga peluncuran roket Delta 4 milik mereka sekitar USD350 juta atau sekitar Rp3.7 triliun," pungkasnya.
Sebelumnya, Donald Trump (Presiden AS) telah menandatangani proposal mengenai proyek pengiriman robot ke Bulan.
Pada 10 tahun mendatang, pemerintah AS juga bakal mendaratkan manusia di tempat yang sama.
Rencana pendaratan robot maupun manusia di bulan bakal dilakukan melalui kerja sama antara pemerintah AS dengan perusahaan swasta di bidangnya. Tidak hanya bulan, pemerintah AS pun memiliki ambisi untuk mengirim astronot ke Mars.