Find Us On Social Media :

Begini Cara Go-Jek Bisa Dapat Dana Investasi Triliunan Rupiah

By Adam Rizal, Jumat, 6 Juli 2018 | 06:00 WIB

Nadiem Makarim (CEO Go-Jek Indonesia)

Salah satu startup teknologi tersukses Indonesia di Indonesia, Go-Jek, telah meraih kucuran dana investasi triliunan rupiah dari berbagai perusahaan. Kucuran dana ini digunakan Go-Jek untuk mengembangkan bisnis usahanya di Indonesia.

Saat ini, Go-Jek Indonesia sudah menjadi perusahaan teknologi unicorn di Indonesia dengan nilai valuasi perusahaan mencapai lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp14 triliun.

Permasalahan startup di Indonesia adalah sangat sulit untuk mendapatkan pendanaan sebagai modal pengembangan bisnis perusahaan. Tampaknya, permasalahan itu tidak berlaku bagi Go-Jek Indonesia.

Nadiem Makarim (Pendiri dan CEO Go-Jek Indonesia) mengatakan Go-Jek selalu berhasil menggaet investor besar karena Go-Jek sukses membuktikan janji dan mencapai targetnya kepada investor. Hal itu membuat para investor percaya untuk menanamkan dananya kepada Go-Jek.

"Kami adalah satu dari beberapa perusahaan yang selalu membuktikan pencapaian yang kami janjikan kepada investor. Kedua, kami selalu konsisten melakukannya di setiap perputaran pendanaan," katanya seperti dikutip CNBC.

Cara itu banyak investor besar tidak ragu menyuntikkan dananya kepada Go-Jek Indonesia.

"Tidak banyak perusahaan lain di dunia yang telah berusaha melakukan banyak hal seperti yang dilakukan Go-Jek," ucapnya.

Nadiem mengakui pertumbuhan bisnis Go-Jek di Indonesia mengalami banyak faktor keberuntungan. Salah satunya adalah terkait rencana Go-Jek Indonesia yang ingin melakukan ekspansi ke luar negeri bersamaan dengan dengan Uber yang hengkang dari sejumlah negara di Asia Tenggara.

"Banyak hal yang secara kebetulan terjadi kepada Gojek. Mendapatkan waktu yang tepat menjadi semacam salah satu kekuatan utama kami," tuturnya.

Go-Jek Indonesia mengklaim rencana ekspansi Gojek ke empat negara di Asia Tenggara yaitu Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam sudah ada sebelum Uber memutuskan untuk menyerahkan bisnisnya di Asia Tenggara kepada kompetitornya, Grab pada akhir Maret 2018.

"Rencana ekspansi kami ke pasar Internasional mendahului bergabungnya Uber dan Grab," tutur Nadiem.