Find Us On Social Media :

Perang Dagang AS-Tiongkok Bikin Nilai Saham IPO Xiaomi Langsung Rontok

By Adam Rizal, Selasa, 10 Juli 2018 | 07:00 WIB

Xiaomi resmi melenggang untuk melakukan penawaran saham kepada publik (IPO) di bursa efek Hong Kong

 

Xiaomi resmi melenggang untuk melakukan penawaran saham kepada publik (IPO) di bursa efek Hong Kong dengan kode saham 1810.

Pada penawaran perdananya, Xiaomi mengusung saham IPO senilai HKD17 atau Rp30.977 perlembar saham dan valuasi sebesar USD54,3 miliar atau senilai Rp776,8 triliun.

Xiaomi mengklaim nilai valuasi IPO-nya merupakan terbesar ketiga di bursa saham teknologi global.

"Tanpa inovasi dan bantuan pasar modal Hong Kong, sangat sulit bagi kami memiliki kesempatan untuk mendaftar secara publik di Hong Kong," kata Lei Jun (Founder dan CEO Xiaomi) seperti dilansir GSM Arena.

Lei mengatakan saat ini Xiaomi memiliki dukungan lebih dari 100.000 investor yang aktif membeli saham Xiaomi, termasuk Jack Ma dan Li Ka-shing. Sebagai informasi pada Q1 2018, bisnis global Xiaomi mencapai 36 persen dari pendapatan global.

"IPO ini akan menjadi awal perjalanan baru bagi Xiaomi untuk mempromosikan Xiaomi guna mencapai pendapatan melebihi 50 persen dalam waktu dekat," ujarnya.

Salah Timing

Sayangnya, nilai saham Xiaomi jatuh senilai HKD 16,60, dibandingkan dengan nilai saat IPO sebesar HKD 17. Xiaomi juga menetapkan harga saham yang paling rendah dari kisaran HKD 17 hingga HKD 22.

Jatuhnya nilai saham Xiaomi karena waktu yang tidak tepat berkaitan dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Xiaomi mendapatkan dana bersih hasil IPO sebesar HKD 23,98 miliar, setelah dipotong biaya penjaminan dan biaya relevan lain.

"IPO Xiaomi memiliki timing yang tidak menguntungkan karena menjadi korban dari ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang terus meningkat," kata Alex Wong Kwok-ying (Director of Asset Management Ample Capital) seperti dikutip South China Morning Post.

"Investor takut untuk menjajaki [pasar] saat ini," tambahnya.

Perusahaan yang didirikan delapan tahun itu berencana untuk menggunakan 30 persen dari hasil penerimaan IPO untuk penelitian dan pengembangan, 30 persen untuk memperkuat kemampuannya di sektor internet of things (IoT), 30 persen untuk ekspansi global, dan sisanya untuk modal dan urusan finansial perusahaan lainnya.