Find Us On Social Media :

Pesawat Tempur Terbaru Inggris Tempest Punya Teknologi AI dan Laser

By Adam Rizal, Sabtu, 21 Juli 2018 | 07:00 WIB

Ilustrasi Tempest

Inggris memperkenalkan proyek pengambangan pesawat jet tempur terbaru Tempest yang mengusung teknologi kecerdasan buatan AI dalam gelaran Farnborough Airshow, Senin, 16 Juli 2018.

Pengembangan jet tempur itu sendiri akan menghabiskan biaya sekitar USD 2.7 miliar atau Rp38 triliun hingga 2025.

Nantinya, kontraktor militer BAE System, Rolls-Royce dan MBDA akan memproduksi Tempest yang akan menggantikan pesawat jet tempur Inggris saat ini yaitu Eurofighter Typhoon.

"Saat ini Inggris mencari mitra internasional untuk berkolaborasi mewujudkan program ini," ujar Menteri Pertahanan Inggris, Gavin Williamson seperti dikutip The Sun.

Hebatnya, para pilot temput dapat menerbangkan Tempest sebagai drone dan kehadiran teknologi kecerdasan buatan memungkinkan Tempest mengenali pesawat musuh dengan cepat.

Selain, Tempest juga memiliki senjata laser yang mampu menghancurkan target.

Program Tempest merupakan "saingan" untuk kerja sama antara Jerman dan Prancis yang sedang mengembangkan jet tempur terbaru Airbus Perancis.

Inggris berencana akan mulai mengoperasikan Tempest pada 2035, bertepatan dengan penggantian armada Eurofighter Typhoon. Eurofighter Typhoon, dikembangkan oleh kelompok empat negara Jerman, Spanyol, Inggris dan Italia pada 1980-an.

Sebelumnya, Perdana Menteri Theresa May menyatakan untuk mempertahankan kemampuan kekuatan udara kelas dunia.

Michael Christie, (Direktur Strategi BAE Systems untuk Sistem Pertahanan Udara) mengatakan Inggris mampu mengembangkan Tempest sendirian. "Tapi akan lebih baik mengembangkannya dengan mitra mengingat biaya yang tinggi dan keinginan untuk menargetkan penjualan masa depan," ujarnya.

Inggris belum mengembangkan jet tempur sendiri sejak 1960-an. Namun Inggris membantu mengembangkan dan membangun pesawat tempur siluman yang paling canggih di armada Inggris, F-35 produksi AS, dengan BAE Systems menjalankan sekitar 15 persen pekerjaan di masing-masing jet.