Awal pekan ini, YouTube mengumumkan telah memblokir kanal video milik Alex Jones. Alasannya, Jones dianggap telah melanggar Community Guideline di layanan video sharing tersebut.
YouTube tak sendiri. Sebelumnya, Facebook lebih dulu menghapus empat laman (Facebook Page) terpopuler milik Jones. Apple juga telah mencabut lima dari enam podcast InfoWars, situs yang dioperasikan oleh Jones, begitu pun Spotify yang memblok program Jones.
“Apabila pengguna berulang kali melanggar ketentuan (Community Guideline), seperti soal ujaran kebencian dan harassment… kami akan mematikan akun mereka,” sebut YouTube.
Siapa gerangan Alex Jones yang memicu kemarahan para raksasa teknologi tersebut?
Pria berusia 44 tahun ini adalah tokoh kontroversial dari Negeri Paman Sam yang dikenal sebagai biang hoaks dan penebar kebencian. Jones, misalnya, menuding bahwa kejadian penembakan Sandy Hook tak pernah terjadi.
Padahal, peristiwa memilukan yang menimpa sebuah Sekolah Dasar di AS pada 2012 itu sungguh terjadi, dan memakan korban 28 orang tewas, sebagain besar anak-anak.
Tudingan-tudingan teori konspirasi yang dilontarkan Jones bersifat liar, tidak masuk akal, dan kadang rasis. Dia menyebut Hillary Clinton sebagai “setan”, dan menuduh bahwa Uber dan layanan kesehatan di AS dikendalikan oleh “mafia Yahudi”.
“Kami menghapusnya (laman Alex di Facebook) karena glorifikasi kekerasan… dan menggunakan bahasa yang merendahkan saat mengacu pada transgender, Muslim, dan imigran. Ini melanggar ketentuan ujaran kebencian kami,” sebut Facebook.
Dekat dengan Trump Meski banyak memicu kontroversi, Jones memiliki pendukung dari kalangan sayap kanan dan konservatif di Amerika Serikat. Dia pun dikenal dekat dengan Presiden AS Donald Trump yang tak kalah kontroversial.
Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Vox, saat berkampanye sebagai calon presiden pada 2016, Trump pernah muncul sebagai bintang tamu di acara Alex Jones. Saat itu, Trump berkata bahwa Jones memiliki “reputasi luar biasa”.
“Saya tak akan mengecewakan Anda,” balas Jones kepada Trump.
Dia adalah pendukung Trump yang sering sesumbar mengenai keakrabannya dengan Sang Presiden.