Langkah Telkomsel menguji coba jaringan internet 5G untuk umum, bukan hanya untuk tujuan edukasi saja, namun juga diklaim mendukung program pemerintah, yakni Making Indonesia 4.0.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah ketika dijumpai di kantor Telkomsel.
"Jadi ini juga bagian dari edukasi masyarakat dan berbagai stakeholder lain, termasuk mendukung program pemerintah Making Indonesia 4.0," kata Ririek.
Making Indonesia 4.0 adalah roadmap berbagai pemangku kepentingan yang terintegrasi dalam memasuki era Industry 4.0. Guna mencapai sasaran tersebut, langkah kolaboratif ini melibatkan banyak pihak, termasuk operator seluler.
Bahkan menurut Ririek, saat uji coba koneksi 5G pertama yang dilakukan oleh Telkomsel pada 2017 lalu, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto telah meminta agar koneksi 5G segera digelar di kawasan industri.
"Waktu demo kemarin (2017) ketemu Pak Airlangga dia pesan khusus di kawasan industri segera digelar 5G," kata Ririek.
Dijelaskan Ririek, permintaan Menperin Airlangga yang dimaksud adalah menggelar koneksi dengan latensi yang minim, karena Industry 4.0 membutuhkan teknologi koneksi nirkabel dengan latensi yang kecil.
Seperti dijelaskan, koneksi nirkabel 5G diklaim memiliki latensi di bawah 1 ms, dan Telkomsel telah mendemonstrasikannya melalui berbagai use case di booth 5G Experience di Gelora Bung Karno (GBK) sepanjang Asian Games 2018.
"Nah, di kawasan industri bisa dipasang 5G karena butuh speed dengan latency kecil," ucapnya.
Sebenarnya, selain 5G, Ririek mengatakan bahwa ada teknologi lain yang sesuai untuk mendukung Industry 4.0, yakni NB-IoT (Narrowband IoT).
"Tidak harus 5G, tapi juga NB-IoT, power-nya lebih irit, low power consumption, itu bisa dipakai 1 juta device dalam 1 kilometer persegi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Butuh Internet 5G untuk Industry 4.0"