Commonwealth Bank of Australia (CBA) menerbitkan obligasi blockchain pertamanya dan menjadi yang pertama di dunia serta mendapat penghargaan dari Bank Dunia.
CBA menawarkan obligasi Kangaroo $AUD berupa instrumen utang baru (obligasi-i) yang menggunakan blockchain Ethereum.
CBA sendiri mengembangkan blockchain Ethereum dengan menggandeng Northern Trust, QBE, dan Treasury Corporation of Victoria.
Blockchain Center of Excellence merancang platform obligasi blockchain di laboratorium CBA dan Microsoft bertugas untuk membuat arsitektur platform blockchain, keamanan, dan ketahanan.
Firma hukum King & Wood Mallonsons akan bertindak sebagai penasihat kesepakatan tentang masalah obligasi dan penasihat mengenai arsitektur hukum untuk pelaksanaannya.
James Wall (Eksekutif General Manajer Lembaga Perbankan dan Pasar Internasional CBA) mengatakan CBA melakukan pendekatan kolaboratif untuk berinovasi dan menggandeng lembaga keuangan terkemuka lainnya, badan pemerintah, dan perusahaan untuk berinovasi melalui blockchain.
"Kami percaya bahwa transaksi ini akan menjadi terobosan sebagai demonstrasi bagaimana teknologi blockchain dapat bertindak sebagai sebuah platform fasilitator untuk peserta yang berbeda," kata James Wall seperti dilansir ZDNet.com.
Wall mengungkapkan Bank Dunia berencana menggunakan teknologi blockchain untuk menanggulangi kemiskinan. Bank Dunia harus mengeluarkan obligasi senilai USD50 - 60 miliar atau setara Rp723 – 867 triliun untuk mengurangi kemiskinan dan mendorong pembangunan yang berkesinambungan setiap tahunnya.
"Pemodal global akan membantu negara-negara untuk beralih ke ekonomi berkelanjutan berbasis teknologi, sambil mengeksplorasi manfaat teknologi blockchain," ujarnya.
Arunma Oteh (Bendahara Bank Dunia) mengatakan, "Bank Dunia akan terus memanfaatkan inovasi untuk kepentingan pasar dan misi mengakhiri kemiskinan serta meningkatkan kemakmuran bersama."