Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuduh pemerintah Rusia karena terlipat ikut campur dalam pemilihan presiden AS yang lalu.
Bahkan, AS menuduh oknum hacker Rusia meretas server dan mencuri informasi berharga partai demokrat AS.
Hal itu menimbulkan pertanyaan kepada sistem keamanan komisi pemilihan umum AS yang ternyata memang memiliki celah keamanan yang cukup besar. Bahkan, bocah yang berusia 11 tahun saja bisa membobolnya sistem pemilu AS dengan sangat mudah dalam ajang Def Con.
Lembaga nirlaba R00tz Asylum, sebuah organisasi yang mempromosikan program peretasan untuk kebaikan menggelar konferensi peretasan Def Con di Las Vegas, AS. Ajang itu diikuti sebanyak 300 anak dan remaja.
Uniknya, ajang Def Con pada tahun ini memiliki salah satu kegiatan yaitu mengungkap kelemahan sistem pemungutan suara di AS. Hasilnya, anak-anak dan remaja membutuhkan waktu sekian menit untuk meretas sistem pemilu AS.
"Kami menyediakan 13 situs palsu yang menyerupai situs asli, lengkap dengan kelemahannya. Faktanya, sistem ini sangat rentan," kata Nico Sell (Pendiri R00tz Asylum) seperti dikutip Futurism.
Dalam satu hari, 39 anak dan remaja berumur delapan tahun sampai 17 tahun ikut serta meretas situs tersebut. Hasilnya, sebanyak 35 anak berhasil menembus sistem keamanan.
Peserta pertama yang berhasil meretas situs pemungutan suara AS adalah bocah perempuan berumur 11 tahun bernama Audrey Jones. Ia hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk menjebol keamanan situs pemilu tersebut.
"Bug yang ada di dalam kode memungkinkan kita untuk melakukan apapun. Kita bisa mengganti nama seseorang menjadi nama kita, membuat kita seolah-olah memenangkan pemilu AS," ungkap Audrey Jones.