Perusahaan riset McKinsey memproyeksi nilai pasar e-commerce di Indonesia mampu menyentuh USD55-65 miliar atau mencapai Rp809-956 triliun pada 2022.
Hal itu terungkap dari laporannya yang berjudul "The Digital Archipelago: How Online Commerce is Driving Indonesia’s Economic Development".
Pertumbuhan e-commerce yang pesat di Indonesia didorong oleh tingginya tingkat penetrasi pengguna smartphone, daya beli masyarakat Indonesia dan adopsi teknologi masyarakat yang cepat.
Nilai transaksi yang berasal dari socio commerce atau media sosial seperti Instagram, Facebook, dan sebagainya dapat mencapai US$15 miliar-US$25 miliar atau sekitar Rp 220-368 triliun.
"Tingkat penetrasi e-commerce pada lima tahun mendatang dapat mencapai 17 -30 persen terhadap keseluruhan transaksi ritel. Angka itu naik signifikan dibanding saat ini yang masih sebesar 5 persen," katanya.
McKinsey memperkirakan perdagangan online atau digital trading memberikan kontribusi ekspor nasional sekitar USD26 miliar atau mencapai Rp382 triliun pada 2022.
"Angka itu empat kali lipat dari pencapaian nilai transaksi e-commerce pada tahun lalu," kata Phillia Wibowo (Direktur McKinsey Indonesia) di Jakarta.
Kebijakan pemerintah melalui Kemkominfo yang akan mendongkrak ekonomi digital di Indonesia turut meningkatkan efisiensi dan menekan disparitas harga barang di luar Jawa sebesar 15 – 25 persen.
Terobosan ekonomi digital bisa menurunkan biaya-biaya operasional dan menumbuhkan jumlah pekerjaan baru di banyak bidang pendukungnya.
"Sektor ekonomi digital dapat menyerap sedikitnya empat juta tenaga kerja langsung maupun tidak langsung. Mencakup pekerja platform e-commerce, jasa logistik serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)," ujar Phillia.