Boyolali Smile adalah semboyan Boyolali yang akan digunakan sebagai branding Kabupaten Boyolali.
Keputusan ini dibuat dalam diskusi bersama para peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) 2 Smart City Boyolali yang berlangsung di Hotel Megaland Solo pekan lalu.
Boyolali Smile memiliki makna luas. Dalam arti harfiah, tagline ini akan menunjukkan bahwa masyarakat Boyolali adalah masyarakat yang ramah terhadap siapapun yang datang berkunjung.
Dalam arti lebih luas, Boyolali Smile diharapkan akan menjadi sikap sehari-hari masyarakat Boyolali yang optimis untuk memajukan kotanya.Branding jadi Prioritas
Penetapan tagline ini searah dengan prioritas yang ingin dilakukan oleh Bupati Boyolali Seno Samodro. Dalam wawancara khusus di kediamannya, Seno menyatakan bahwa salah satu prioritas yang ia tekankan untuk adalah soal citra (branding) Boyolali.
Cara yang telah ia lakukan untuk meningkatkan citra Boyolali adalah dengan membangun gedung yang ikonik, antara lain Gedung Lembu Sora berbentuk sapi ndhekem, Gedung Mahesa berbentuk dome, dan Museum Among Wardoyo yang mengadopsi bentuk Museum Louvre. Ada pula Gedung DPRD yang dibangun seperti gedung DPR Senayan dan Kantor Bupati yang dibuat seperti Istana Negara.
“Dengan begini Boyolali dikenal orang-orang. Banyak yang datang ke sini karena penasaran dengan berita-berita soal Boyolali,” tukas Seno. Ia menambahkan, “Sekarang ini kami sedang mbangun Kebun Raya Indrokilo, selesai 2019”. Seratus Usulan Program Smart City
Selain menetapkan tagline tersebut, dalam Bimtek 2 Boyolali yang dibimbing oleh Prof Marsudi Wahyu Kisworo, didapatkan juga lebih dari seratus usulan program smart city.
Usulan-usulan tersebut nantinya akan dipertajam dan didetailkan untuk dijadikan bahan rujukan membuat masterplan smart city Boyolali.
Selama ini Boyolali sudah menerapkan beberapa dasar smart city berupa penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang kinerja pemerintahan antara lain pengadaan server (peningkatan kapasitas), email Boyolali, CCTV, peralatan dan aplikasi VoIP, dan pengadaan aplikasi Document Management System (DMS).
Ditunjang pula dengan pembangunan infrastruktur berupa gedung smart city center/data center.
Boyolali juga telah melakukan beberapa hal dalam upaya memudahkan pelayanan publik antara lain dengan penghapusan izin HO, pembangunan kantor pemerintahan dalam satu kompleks, atau pembangunan kantor pelayanan yang aksesnya mudah dan dekat dengan permukiman.
Kabupaten Boyolali menjadi salah satu kota yang terpilih untuk mengikuti Gerakan Menuju 100 Smart City.
Dalam program ini, Pemkot Banjarmasin didampingi oleh Prof Dr.Ir. Marsudi Wahyu Kisworo yang merupakan mantan rektor Institut Perbanas serta Prof Tri Kuntoro Priyambodo, MSc Dec, dosen Computer Science and Electronics Department, Universitas Gajah Mada. Proses penyusunan itu juga melibatkan banyak unsur, meliputi Pimpinan Daerah, DPRD, Akademisi, Kepala OPD/Camat, BUMN/BUMD dan Lurah Desa.