Sebagai kota di pesisir barat Sumatera Utara, Sibolga memiliki karakteristik kota nelayan yang perekonomiannya bergantung di sektor kelautan dan perikanan. Jika mengacu data BPS Sibolga, total tangkapan ikan dari nelayan Sibolga di tahun 2015 mencapai 52,5 ribu ton. Dari tangkapan nelayan tersebut, ekonomi Kota Sibolga pun bergulir karena melibatkan industri sekunder seperti pengasap ikan, pembelah ikan, sampai restoran makanan laut.
Bagi Walikota Sibolga, Drs. H.M. Syarfi Hutauruk, karakteristik tersebut menjadi pondasi baginya saat memimpin kota yang memiliki 95,4 ribu penduduk tersebut. “Visi besar yang ingin diwujudkan Pemerintah Kota Sibolga adalah mewujudkan masyarakat Sibolga yang cerdas, sehat, maju, dan berdaya saing tinggi“ ungkap Syarfi.
Untuk mewujudkan visi tersebut, sektor pendidikan dan kesehatan menjadi fokus utama Pemerintah Kota Sibolga. Hal ini tidak lepas dari karakteristik keluarga nelayan yang relatif tertinggal secara ekonomi sehingga kurang memperhatikan sektor pendidikan dan kesehatan.
Di sisi pendidikan, Pemerintah Kota Sibolga sejak 2012 menerapkan sistem seleksi kepala sekolah yang ketat. “Kami melibatkan tim independen untuk menilai kompetensi dari calon kepala sekolah” cerita Syarfi. Langkah ini pun mulai membuahkan hasil. Saat ini banyak remaja Sibolga yang diterima di berbagai universitas terbaik di Indonesia, seperti ITB, UI, dan UGM. Mereka juga diberi dukungan finansial jika berasal dari keluarga tidak mampu.
Tingkatkan Kualitas
Sedangkan untuk sektor kesehatan, Kota Sibolga sebenarnya sudah memiliki pondasi yang bagus. “Saat ini, 99,47% penduduk Kota Sibolga sudah mendapat jaminan kesehatan” ungkap Syarfi. Artinya warga yang sakit bisa berobat ke puskesmas tanpa harus membayar. Karena itu, fokus perhatian kini lebih mengarah pada pada peningkatan layanan.
Hal inilah yang akan coba dijawab dengan memanfaatkan teknologi. “Kami ingin mewujudkan sistem antrian puskesmas online” tambah Syarfi. Harapannya, warga yang ingin berobat bisa mendaftar menggunakan telepon (SMS atau mobile apps) dan kemudian mendapatkan nomor antrian dan perkiraan waktu . “Jadi mereka tidak perlu antri dari pagi yang menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran” tambah Syarfi.
Sedangkan untuk mendorong industri perikanan, Pemerintah Kota Sibolga mencoba mengembangkan produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Saat ini mereka sedang menjajaki program kerjasama dengan salah satu e-commerce untuk menjual produk olahan khas Sibolga ke pasar yang lebih luas.
Namun Syarfi mengakui, masih banyak pembenahan yang harus dilakukan. “Banyak makanan khas Sibolga yang enak, tapi kemasannya kurang menarik” ungkap Syarfi mencontohkan. Karena itu, Syarfi mendorong jajarannya untuk terus melakukan sosialisasi dan pembimbingan, agar potensi produk olahan khas Sibolga dapat menembus pasar yang lebih luas.
Pemerintah Kota Sibolga juga sedang menjajaki pembuatan aplikasi eFishery yang membantu nelayan menemukan area di laut yang sedang banyak ikannya. Data seperti ini sebenarnya sudah banyak digunakan, namun terbatas pada nelayan kelas menengah dan besar. Melalui aplikasi eFishery ini, data penting tersebut akan dapat diakses nelayan kecil sehingga membantu mereka meningkatkan hasil tangkapan.
Dengan semua langkah tersebut, Pemerintah Kota Sibolga berharap bisa menjadi smart city: sebuah kota yang memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kota Sibolga adalah salah satu kota/kabupaten yang terpilih di Gerakan Menuju 100 Smart City. Berita lainnya, klik di sini