Find Us On Social Media :

Tidak Bergantung AS, Alibaba Kembangkan Chip Kecerdasan Buatan (AI)

By Adam Rizal, Senin, 24 September 2018 | 15:00 WIB

Jack Ma, pendiri Alibaba

Alibaba akan mengembangkan chipset kecerdasan buatan (AI) untuk solsui komputasi awan (cloud computing ) dan perangkat yang terhubung dengan Internet.

"Alibaba memiliki keunggulan dalam algoritma dan data serta menempatkan Alibaba untuk memimpin terobosan teknologi kuantum dan teknologi chip," kata Jeff Zhang (Kepala Staf Teknologi Alibaba) seperti dikutip CNN Money. Sebelumya, Alibaba juga telah menanamkan modal saham ke beberapa perusahaan manufaktur chip dan Alibaba telah mengakuisisi C-Sky, perusahaan desain chip asal Tiongkok pada awal tahun ini.

Jack Ma (Pendiri Alibaba) menekankan Alibaba dan pemerintah Tiongkok harus berdikari dan mandiri dalam pengembangan industri dalam negeri sehingga tidak tergantung dengan produksi luar negeri. "Pasar chip saat ini dikontrol oleh Amerika Serikat (AS). Jika mereka tiba-tiba menghentikan penjualan, kamu paham apa yang akan terjadi," katanya di Universitas Waseda, Tokyo April lalu.

"Itulah mengapa Tiongkok, Jepang, dan negara mana pun membutuhkan teknologi inti (chip)," ucapnya.

Dampak Perang Dagang

Saat ini perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sedang berlangsung dan tidak ada niat dari kedua belah pihak untuk mengendurkan serangan. Perang dagang kedua negara adi kuasa itu membuat perekonomian beberapa negara harap-harap cemas karena berdampak langsung dengan pelemahan mata uangnya.

Namun, Alibaba tidak khawatir dengan perang dagang antara pemerintah AS dan Tiongkok karena pengenaan tarif impor yang dilakukan pemerintah AS terhadap produk-produk Tiongkok tidak membuat Alibaba merugi dan perekonomian Tiongkok menjadi bangkrut.

"Perang dagang ini tidak membuat kami rugi sama sekali. Kami yakin pemerintah Tiongkok dapat meredam konflik tersebut dengan baik," kata Joseph Tsai (Wakil Pimpinan Alibaba) seperti dikutip Business Insider.

Tsai mengatakan perang dagang itu akan mendorong barang-barang dari AS menjadi lebih mahal dan membuat perusahaan Tiongkok atau konsumen membayar lebih banyak.

Hal itu terjadi pada peternak Tiongkok yang melihat adanya kenaikan harga pakan ternak akibat impor kedelai AS yang naik sehingga membuat tarif atas produknya naik.

"Tapi pukulan kepada konsumen Tiongkok tidak akan 'ngefek' karena konsumen bisa beralih ke barang non AS, baik itu dari Tiongkok sendiri ataupun negara lain yang difasilitasi pemerintah," tegas Tsai.

Tiongkok pun akan mengadakan pameran impor terbesar dunia di Shanghai pada November yang akan menampilkan produk barang dari seluruh dunia.

"Jika barang AS menjadi terlalu mahal karena tarif, konsumen Tiongkok dapat beralih ke produsen domestik atau impor dari bagian lain dunia," ujarnya.