Perkembangan teknologi digital yang pesat juga berdampak kepada industri musik. Dahulu kala, pengguna mendengarkan musik favoritnya dengan membeli kaset, CD, dan produk hasil rekaman lainnya.
Era disrupsi digital membuat perangkat kaset dan CD musik mulai tersingkirkan karena pengguna mulai menikmati musik dari perangkat smartphone atau laptop mereka.
Apalagi, kehadiran layanan musik streaming memungkinkan pengguna bisa mendengarkan musik di manapun dan kapanpun, termasuk saat berada di transportasi umum.
Model bisnis layanan streaming musik seperti langganan berbayar ke layanan seperti Spotify hingga menonton streaming video seperti dikutip The Verge.
Tentunya, peningkatan jumlah pengguna layanan musik streaming turut serta menggenjot hasil pendapatan industri musik.
Pendapatan industri musik dari layanan musik streaming mencapai 75 persen dari total industri musik.
The Recording Industry Association of America melaporkan penjualan musik streaming jauh melebihi penjualan CD fisik dan digital download.
Tingkat adopsi pengguna baru layanan streaming musik mencapai 1 juta pelanggan baru per bulannya.
Secara angka, streaming menyumbang pendapatan sekitar USD 3,4 miliar atau sekitar Rp 50,3 triliun ke industri musik.
Selanjutnya, pendapatan terbesar industri musik berasal dari dari digital download dengan rata-rata pendapatan 12 persen atau sekitar USD2,7 miliar, CD fisik dengan pendapatan sekitar 10 persen atau senilai USD1,7 miliar, dan lain-lain 3 persen atau sekitar USD1 miliar.
Pendapatan industri musik dari digital download dan pembelian CD dan kaset menurun masing-masing 27 persen dan 41 persen.
"Hadirnya streaming musik membuka banyak peluang baru, tetapi juga memiliki tantangan," kata The Recording Industry Association of America.
"Menurut Nielsen, lebih dari 70 ribu album berbeda dirilis pada pertengahan tahun. Penikmat musik mendapat banyak pilihan, dan musik bersaing untuk mendapat perhatian pengguna dibandingkan hiburan lain di smartphone," tutupnya.