Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, startup yang bergerak di bidang financial technology (fintech) berpeluang menjadi startup Unicorn asal Indonesia berikutnya.
Rudiantara menyebut, bisnis fintech di Indonesia tengah berkembang secara pesat dalam beberapa waktu terakhir.
"Fintech itu traksinya lagi tinggi. Investor senang dengan perusahaan yang traksinya tinggi. Artinya tiba-tiba marketnya naik," kata Rudiantara dalam Nexticorn International Convention di Kuta, Bali. Rudiantara menuturkan, Annual Meeting IMF-World Bank yang diselenggarakan di Bali juga menghasilkan 12 Prinsip Bali Fintech Agenda yang mendorong penerapan fintech.
"Di sana juga ada yang namanya stability, nah ini kan kadang-kadang regulasi ini juga jangan sampai over-regulated. Kita mengerti industri keuangan itu di Indonesia dan di mana-mana itu heavily-regulated, sangat ketat karena masalah trust," kata Rudiantara.
Namun, kata Rudiantara, pasar bisnis fintech sesungguhnya terbilang besar karena lebarnya selisih antara jumlah pengguna telepon pintar dan jumlah pemilik rekening di bank.
"Kita itu punya 180 juta orang Indonesia, minimal punya satu ponsel, tapi hanya 100 juta orang kurang lebih yang punya rekening di bank. Jadi ada 80-an juta yang belum diisi, itulah sebenarnya fintech di situ bermainnya," ujar Rudiantara.
Selain bisnis fintech, Rudiantata menyebut startup di bidang edukasi dan kesehatan juga berpeluang besar menjadi startup unicorn kelima dari Indonesia.
Adapun startup unicorn adalah perusahaan startup yang nilai valuasinya telah mencapai angka 1 miliar Dollar AS (Rp 15 triliun).
Hingga kini, baru terdapat empat startup Indonesia yang berstatus unicorn, yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menkominfo Jagokan Startup Fintech sebagai Unicorn Berikutnya".