Perusahaan penyedia teknologi real-time communication (RTC) Qiscus melaporkan riset tren penggunaan chat di kalangan pasar Asia Tenggara. Purna Widyangga (CEO dan Co-Founder Qiscus) mengungkapkan saat ini konsumen sedang menghadapi pasar yang mobile-sentris dan banyak yang menghabiskan waktunya untuk chatting atau menggunakan media sosial.
"Fenomena ini melahirkan sebuah gaya hidup baru yaitu digital on-the-go. Gaya hidup ini akan menjawab keinginan pengguna yang ingin serba cepat," katanya.
Sebagian besar pengguna di Asia Tenggara menggunakan Internet untuk media sosial dan aplikasi chatting. Rata-rata pengguna Internet di Indonesia menginstal 4,2 aplikasi pengirim pesan di ponselnya.
"Aplikasi pengirim pesan seperti Whatsapp menempati urutan tiga teratas dengan pengguna terbanyak setelah, Facebook dan YouTube," ucapnya.
Saat ini pengguna Internet mulai menggunakan media sosial chatting untuk berkomunikasi daripada harus melakukan panggilan telepon dan mengirimkan pesan singkat serta email. Laporan lainnya, para pengguna pun ingin mendapatkan layanan ataupun produk secara digital kapanpun dan dimanapun ketika mereka memerlukannya.
"Disrupsi digital ini membuat perusahaan yang sangat konvensional dan mulai mengadopsi tren terbaru sehingga tidak kehilangan pasar," ujarnya.
Misal, Halodoc menemukan tantangan bahwa layanan akses kesehatan yang tidak merata menjadi salah satu masalah di Indonesia.
Dengan teknologi chat, masyarakat dapat mengakses dokter yang berkualitas cukup melalui ponselnya tanpa harus datang ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Qiscus memprediksi adopsi teknologi komunikasi real-time berupa chat akan semakin luas dan tidak terbatas pada layanan yang sudah ada seperti e-commerce ataupun bisnis on-demand, tetapi juga pada produk-produk baru yang kini terus dikembangkan oleh bisnis di Asia Tenggara.