Find Us On Social Media :

Machine Learning, Artificial Intelligence di Setiap Aplikasi Oracle

By Liana Threestayanti, Rabu, 24 Oktober 2018 | 19:00 WIB

Steve Miranda, EVP, Oracle Applications

Di perhelatan global Oracle OpenWorld 2018, Oracle mengumumkan serangkaian inovasi terbaru dan peningkatan aplikasi bisnis cloud-nya yang telah membekal teknologi terkini, seperti machine learning dan artificial intelligence, dan dikembangkan berdasarkan konsep-konsep kekinian.

Oracle menambahkan beberapa fitur berbasis machine learning dan artificial intelligence (AI) pada aplikasi ERP Cloud, seperti Intelligent Process Automation, Assisted Expense Reports, Intelligent Payments, dan Supplier Recommendations. Expenses bot dapat “membaca” kuitansi atau bukti pembayaran dan mengenali jenis pembayaran yang tertera dalam kuitansi tersebut. Dengan adanya aplikasi ini, organisasi akan terbantu dalam mengembangkan approval system, apakah kuitansi tersebut bisa disetujui atau ditolak.

Terkait ERP, Oracle juga memperkenalkan Oracle Subscription Management yang memampukan organisasi menempatkan business model hybrid untuk produk atau layanan di platform yang sama sehingga perusahaan dapat menghasilkan pendapatan tambahan.

Sedangkan peningkatan di aplikasi untuk HR datang dalam bentuk mobile user interface yang lebih responsif dengan navigasi yang lebih sederhana. "Dan dapat merespons jenis perangkat yang digunakan untuk membuka aplikasi, apakah dibuka dengan browser, dibuka di komputer tablet, atau di smartphone," jelas Steve Miranda, Executive Vice President, Oracle Applications Product Development, Steve Miranda.

Salah satu fitur baru yang disematkan pada HCM Cloud  adalah kapabilitas matching Best Fit Candidate yang dapat membantu perusahaan menemukan sumber daya manusia yang tepat dan sesuai kebutuhan.

Di area sales, marketing, dan service, penawaran terbaru Oracle adalah CX Unity yang dapat menambahkan data kontekstual untuk meningkatkan kapabilitas cerdas pada Oracle CX Cloud.  Peningkatan kemampuan ini  akan mewujudkan AI-driven marketing, misalnya sistem dapat memberikan saran tentang kanal terbaik untuk memasarkan produk, atau bahkan dapat membantu menyarankan tentang waktu terbaik untuk mengirim e-mail penawaran kepada customer.

Oracle juga memperkenalkan Oracle Digital Assistant. Dimotori AI, asisten digital ini dapat memahami konteks, memiliki intent, dan mengidentifikasi serta mempelajari perilaku dan pola user  untuk melakukan tugas-tugas rutin user secara proaktif, seperti memberi persetujuan (expense approval) dan menjadwal ulang rapat.

Steve Miranda menejaskan bahwa oleh Oracle asisten digital dikembangkan sebagai client agnostic sehingga pengguna dapat mengintegrasikannya dengan asisten digital milik vendor lain, misalnya Alexa dari AWS.

Model Aplikasi Baru

Mengikuti perubahan pesat yang terjadi di area teknologi, bisnis maupun keinginan pasar, Oracle juga merombak konsep-konsep pengembangan aplikasi. Misalnya, dari sisi update software yang lebih terprediksi dan berkala seperti update aplikasi consumer di perangkat genggam. Oracle menjanjikan release cycle software yang lebih terprediksi. 

"Kami akan melakukan continous update, kami akan mengeluarkan rilis per kuartal. Untuk rilis 19a akan keluar bulan Januari dan 19b di bulan April tahun depan. Rilis 22a di bulan Januari 2022, lalu rilis 24b di bulan April 2024," papar Steve Miranda tentang rilis aplikasi database Oracle.

Dan seperti aplikasi consumer, setiap update itu datang dengan aneka peningkatan dan fitur-fitur baru yang bisa langsung diaktifkan oleh user. "Kami terapkan model yang sama itu untuk aplikasi SaaS kami, mulai dari CX, ERP, EPM, dan HR," imbuhnya.

Dengan machine learning, pengembangan aplikasi Oracle beralih dari rules-driven menjadi  model-driven application. "Sebelum ini, kita harus membuat rules terlebih dahulu saat membuat aplikasi, misalnya bagaimana kita menginginkan sistem itu berperilaku. Tapi dengan machine learning, kami bisa tawarkan beberapa suggestion dan peningkatan," jelas Steve.

Seperti aplikasi messaging, setiap pengguna bisa salah ketik (typo) tetapi saran koreksi untuk tiap pengguna bisa berbeda. Aplikasi akan melakukan personalisasi sesuai cara user menggunakan aplikasi tersebut. Konsep aplikasi "input & validate" kini tidak lagi diterapkan melainkan bergerak ke arah konsep "push & suggest".