Find Us On Social Media :

IBM Akuisisi Red Hat dengan Nilai Terbesar Sepanjang Sejarah

By Wisnu Nugroho, Senin, 29 Oktober 2018 | 18:25 WIB

IBM resmi akuisisi Red Hat dengan nilai lebih dari Rp.500 triliun

IBM mengambil langkah mengejutkan dengan mengakuisisi Red Hat seharga US$34 miliar atau sekitar Rp.517 triliun. Ini adalah nilai pembelian perusahaan software terbesar sepanjang sejarah, mengalahkan akuisisi Linkedin oleh Microsoft (US$26,2 miliar).

Red Hat sendiri adalah perusahaan software berbasis open source yang menyasar segmen enterprise. Karena open source, semua pihak bisa menggunakan software Red Hat yang meliputi sistem operasi, cloud computing, sampai manajemen container. Bisnis Red Hat sendiri berupa dukungan teknis jika sebuah perusahaan membutuhkan support saat menggunakan aplikasi berbasis Red Hat. Sebelum akuisisi ini, Red Hat memiliki nilai pasar US$20,5 miliar.

IBM sendiri menyebut akuisisi ini sebagai langkah penting dalam mewujudkan misi IBM menguasai pasar cloud computing. “IBM akan menjadi penyedia solusi hybrid cloud nomor satu di dunia, karena menjadi satu-satunya perusahaan yang menyediakan solusi open cloud” ungkap Ginni Rometty, CEO IBM, saat mengumumkan akuisisi ini.

Ginni menyebut, saat ini solusi cloud masih terbatas pada pengurangan biaya. Padahal potensi sesungguhnya dari cloud adalah memudahkan lahirnya inovasi. “Hal itu bisa dilakukan dengan mentransformasi business application ke cloud, mengekstraksi lebih banyak data, dan memaksimalkan setiap aspek dari bisnis” tambah Ginni.

Optimisme IBM memang beralasan. Saat ini, aplikasi Red Hat digunakan 90% perusahaan yang terdaftar di Fortune 500. Tahun ini, pendapatan Red Hat diperkirakan menembus angka US$3 miliar yang didorong kepopuleran Red Hat Enterprise Linux di segmen enterprise.

Akan tetapi, akuisisi ini juga berpotensi menimbulkan polemik tersendiri di lingkungan open source. Sebenarnya, IBM selama ini aktif di berbagai open source project. Namun IBM juga dikenal dengan karakter organisasi yang birokratis, berkebalikan dengan konsep keterbukaan yang selama ini dianut Red Hat.

Contohnya, karyawan Red Hat bebas untuk berkontribusi di komunitas open source meski tidak sejalan dengan bisnis Red Hat. Dengan menjadi bagian dari IBM, dikhawatirkan semangat kontribusi ke komunitas tersebut akan terhambat.

Akan tetapi, Jim Whitehurst (CEO Red Hat), menjamin Red Hat akan tetap mempertahankan kultur kolaborasi, transparansi, dan partisipasi yang selama ini menjadi ciri mereka. “Bahkan saya berharap, kita bisa membawa kultur tersebut ke IBM” tambah Jim.