Dari laporan masyarakat yang masuk ke kepolisian, tidak semua laporan adalah benar. Selalu ada orang yang mengajukan laporan palsu sebagai korban kejahatan, entah karena ingin menutupi kejadian sebenarnya atau mengincar klaim asuransi.
Hal inilah yang mendorong peneliti Cardiff University dan Charles III University of Madrid mengembangkan sebuah software yang disebut VeriPol. Software ini bertujuan mendeteksi kebenaran dari laporan yang masuk ke kepolisian, dengan menggunakan teknologi machine learning dan text analysis.
Untuk membangun software ini, tim peneliti mengambil sampel berupa 1000 laporan yang masuk ke Kepolisian Spanyol. Sampel tersebut juga memuat informasi laporan mana saja yang belakangan diketahui palsu.
Seluruh informasi ini kemudian dianalisa oleh VeriPol untuk mendapati pola dari laporan yang benar dan yang palsu. Pola yang dilihat meliputi penggunaan kalimat, kata, maupun detail kejadian. Beberapa pola yang kemudian dideteksi VeriPol adalah laporan palsu cenderung pendek, fokus terhadap barang yang hilang dibanding kejadian, serta minim saksi mata.
Setelah dianggap memadai, VeriPol ini kemudian diuji coba di Murcia dan Malaga pada Juni 2017. Hasilnya menggembirakan. Sebanyak 83% laporan yang dicurigai palsu oleh VeriPol ternyata memang benar palsu ketika diselidiki lebih lanjut. Selama seminggu uji coba, ada 64 laporan palsu yang berhasil dideteksi VeriPol.
Akan tetapi, tim peneliti mengakui VeriPol masih melakukan kesalahan. “Software kami sering menilai laporan penjambretan yang dilakukan dari belakang atau menggunakan helm sebagai laporan palsu” ungkap salah satu peneliti, Dr. Jose Camacho-Collados. Penyebabnya kemungkinan karena di peristiwa seperti itu, pelapor memang tidak bisa banyak menceritakan kejadian serta sulit menceritakan ciri-ciri pelaku.
Dengan kata lain, VeriPol memang tidak bisa diandalkan 100% untuk menilai kebenaran sebuah laporan kejahatan. Namun VeriPol tetap akan membantu kepolisian memilah kasus mana yang harus diselidiki lebih lanjut.