Find Us On Social Media :

Schneider Electric: Pentingnya Pengelolaan Energi di Data Center

By Rafki Fachrizal, Kamis, 8 November 2018 | 22:55 WIB

Ilustrasi Data Center

Menurut data Ipsos Business Consulting, pertumbuhan pasar data center naik dua kali lipat sejak 2015 sampai dengan 2018 yaitu dari USD 1,1 miliar menjadi USD 2,3 miliar di tahun 2018, dan diperkirakan akan mencapai USD 3,2 milliar pada 2020. Bahkan, investasi nasional di bidang data center kini telah mencapai hingga US$ 400 juta.

Disela-sela peluncuran inovasi terbaru dari Schneider Electric hari ini, Hendra Suryakusuma selaku Head of Treasury Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) mengatakan bahwa pertumbuhan Data Center yang pesat saat ini dipicu oleh tiga faktor.

“Penetrasi internet yang tinggi mencapai 52% dari total populasi di tahun Desember 2017, Peraturan Pemerintah No.82/2012 yang mewajibkan semua data yang terkait dengan Indonesia untuk dimuat di Data Center di dalam negeri, dan adanya solusi cloud computing yang memudahkan pelaku bisnis dan lebih terjangkau. Itulah tiga faktor yang memicunya.” jelas Hendra.

Sebagai sektor dimana distribusi energi listrik merupakan faktor utama dalam keberlangsungan bisnis dengan tingkat konsumsi 10-100 kali lebih besar dibandingkan ruang kantor standard per meter persegi, Data Center membutuhkan perencanaan instalasi dan pengelolaan energi listrik yang terdepan dibandingkan sektor lainnya. 

Berdasarkan data Asian Development Bank yang dirilis pada April 2017, kerugian finansial dari gangguan listrik atau downtime pada sektor Data Center diperkirakan serendah-rendahnya setara dengan $ 90.000 per jam downtime di industri media hingga setinggi-tingginya setara dengan $ 6,48 juta di industri keuangan atau perbankan.

Downtime juga berdampak terhadap reputasi perusahaan, menurunnya kepercayaan investor dan konsumen yang akhirnya dapat menyebabkan gagalnya investasi dan pendapatan perusahaan. Dari sesi operasional, downtime dapat menyebabkan kerusakan data kritikal, resiko rusaknya peralatan serta aset lainnya dan besarnya biaya perbaikan, pemulihan jaringan serta sistem,” ungkap Hendra.

Masterpact MTZ, inovasi terbaru dari Schneider Electric untuk pengelolaan dan efisiensi energi di berbagai sektor industri

Masih dalam acara peluncuran inovasi terbaru dari Schneider Electric, Martin Setiawan selaku Vice President Building & Industrial Channel Schneider Electric Indonesia mengatakan “Solusi terbaru Masterpact MTZ berbasis IoT memungkinkan otomatisasi pemulihan daya bila terjadi gangguan listrik langsung melalui perangkat telepon genggam sehingga meminimalisir adanya jeda waktu, dan memiliki kemampuan analisa prediktif yang secara proaktif memberikan laporan bila terjadi penurunan performa peralatan listrik dan indikasi kemungkinan akan terjadinya gangguan listrik sehingga staf teknisi dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat sebelum terjadi kerusakaan yang lebih parah dan menekan pengeluaran biaya perawatan yang tinggi.”

“Inovasi terbaru Masterpact MTZ ini melengkapi solusi EcoStruxure Power yang membutuhkan sistem distribusi listrik yang pintar dan berkelanjutan untuk memudahkan pengintegrasian sistem pengelolaan bangunan dan energi listrik di suatu gedung/bangunan ke tahap selanjutnya,” tambahnya.