Perusahaan teknologi Taiwan, Asustek Computer, resmi mengumumkan CEO Asus Jerry Shen akan mundur dari jabatannya per 1 Januari 2019.
Pengumuman keputusan pengunduran diri ini disebut karena ada perubahan struktur dalam perusahaan, serta pergeseran fokus target pasar Asus ke perangkat gaming untuk memenuhi kebutuhan pengguna high-end dan mobile gamers.
Dengan kata lain, fokus Asus nantinya akan ke ponsel gaming elit, seperti ROG Phone, dan aksesoris-aksesorisnya. Ini berarti lini ZenFone mungkin akan mengalami pengurangan produksi yang signifikan.
Meski ditinggal CEO yang sudah menjabat selama 11 tahun, posisi pemimpin perusahaan disebut tak akan kosong dan akan langsung diambil alih oleh dua orang mantan co-COO (Chief Operating Officer) sebab bakal terbagi menjadi dua fokus.
Pejabat Asus lain, S.Y. Hsu disebut akan ambil alih CEO PC Business, sementara Samson Hu dirumorkan akan ambil alih jabatan sebagai CEO Global Customer Service.
Setelah kepergiannya dari Asus, Shen sendiri rencananya akan menggarap startup AiOT, iFast, dengan konsep model bisnis B2B (antar perusahaan).
AiOT sejatinya adalah teknologi yang menghubungkan kecerdasan buatan (AI) dengan perangkat IoT (Internet of Things), yaitu device yang menggunakan koneksi Internet sebagai alat komunikasinya.
Meski bangun perusahaan sendiri, Shen mengatakan bahwa ia tak akan putus hubungan dengan Asus lantaran saham yang ia pegang di Asus juga besarnya mencapai 30 persen.
Dia juga menjelaskan akan senantiasa membantu proses transisi Asus ke ranah AiOT, jika nanti memang perusahaan pembuat ROG Phone itu mau melirik bisnis perabot pintar.
Pada masanya, selama 11 tahun, Shen telah berkontribusi di lini laptop bertajuk Eee PC, model netbook yang sempat populer di tahun 2006.
Dia juga menjadi saksi hidup yang merasakan peluncuran perdana lini produk pada beberapa model perangkat Asus seperti PadFone, Transformer, ZenBook, dan ZenFone series seperti dikutip Engadget.
Lebih lanjut, Shen mengatakan keputusan ini merupakan pilihan yang menurutnya tepat guna menolong divisi mobile dalam bersaing di pasar smartphone, yang dideskripsikan oleh salah satu petinggi Asus sebagai "medan perang berdarah".
Mengapa demikian?. Karena Asus sendiri paham pabrikannya sulit bersaing di pasar smartphone dengan vendor-vendor lain lantaran strateginya belum ada yang cocok untuk menggaet konsumen.
Sulitnya cari strategi pun berefek pada finansial perusahaan. Sampai-sampai, divisi mobile sendiri tercatat mengalami kerugian yang nilainya mencapai 195 juta dollar AS.
Kerugian itu disebut untuk menambal biaya gudang, biaya produksi, royalti, dan pengeluaran perusahaan lain.
Dengan fokus ke industri mobile gaming, Asus boleh jadi bakal menemukan jati dirinya dengan menggadang strategi yang cocok lewat ceruk eksklusif yang bakal bersaing dengan segelintir ponsel gaming lainnya seperti Black Shark dan Razer Phone.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR