Asia dinobatkan sebagai kawasan paling antusias di dunia dalam hal adopsi produk-produk dengan teknologi baru dan inovatif.
Hal itu merupakan temuan yang diperoleh Gfk melalui studi New Tech Adoption Index (NTAI) yang dirilis baru-baru ini di Singapura. Indeks adopsi ini memperlihatkan keunggulan Asia dalam mendorong kemajuan teknologi-teknologi baru secara global. Di tahun 2018, pertumbuhan dalam hal volume dan nilai untuk produk-produk teknologi mencapai sedikitnya 35% di sebagian besar pasar di Asia.
Gfk menemukan adanya spektrum indeksi adopsi teknologi baru yang cukup lebar, yakni antara 46 dan 146, di sembilan pasar di Asia. Hal ini menunjukkan adanya tingkat adopsi yang sangat bervariasi di kawasan ini. Selain memperlihatkan pertumbuhan pasar-pasar utama dalam hal adopsi teknologi baru, NTAI juga mengungkapkan fakta bahwa di kawasan Asia juga masih ada beberapa ketertinggalan.
NTAI diperoleh melalui data point of sales dari Gfk yang mencakup 250.000 produk dari kategori produk consumer durables dan industri teknologi di sembilan pasar utama Asia dan enam pasar utama Eropa.
Produk-produk teknologi untuk konsumen ini dimasukkan ke dalam empat kategori utama, yaitu Fun (Desk Computing, Headsets, Soundbars, Mobile Computing, PTV / Flat); Comfort (Air treatment, Cooling, Vacuum Cleaners, Washing Machines, Aircon); Freedom (Headphones + Mobile Headsets, Bluetooth / Mini Speakers, Audio Home Systems, Digital Cameras, Core Wearables); dan Essential (Smart + Mobile Phone).
Yang dianalisis tidak hanya produk perangkat keras, tetapi juga produk yang menyertakan fitur perangkat lunak, seperti Ultra HD/4K dan Gaming di kategori Fun, Smart Appliances di kategori Comfort, dan True Wireless, Wearables, dan AI Speaker di kategori Freedom.
“Untuk menjadi kompetitif, semakin banyak brand memperkenalkan produk dengan fitur-fitur atau fungsi inovatif. Dan untuk sukes berinovasi, adalah penting bagi setiap brand untuk memahami di sisi mana mereka dapat mejangkau potensi terbesar dari early adopter, yang kemudian dapat menciptakan efek bagi produk-produknya,” jelas Vishal Bali, Managing Director Client Solutions & Innovation, APAC. Menurut Vishal, NTAI dapat membantu pemilik brand mengidentfikasi pasar, bahkan dapat mengarahkan mereka pada kota dan kawasan yang tepat di setiap pasar tersebut.
Indeks Beragam
Studi Gfk menyebutkan tiga pasar teratas dengan NTAI keseluruhan tertinggi adalah China (146), Singapore (134), dan Korea Selatan (128). Sementara India (46) dan Indonesia (67) berada di posisi terendah.
“New Tech Adoption Index menunjukkan kecenderungan pasar terhadap adopsi teknologi baru, berdasarkan berapa tinggi atau rendah kalkulasi indeksnya diposisikan dari baseline 100. Kami melihat tren pengelompokkan pasar di antara pasar yang sedang berkembang dan yang sudah mapan, di mana NTAI akan lebih tinggi di pasar yang lebih matang dan lebih rendah di pasar yang sedang berkembang,“jelas Vishal Bali, Managing Director Client Solutions & Innovation, Gfk Asia Pasifik.
NTAI di Asia lebih lanjut mengungkapkan bahwa 24 dari 70 kota yang dievaluasi memperlihatkan tingkat yang di atas rata-rata. Delapan di antaranya dan yang teratas (rentang NTAI:161-196), semua berada di Cina, dengan dua kota memimpin, yaitu Beijing (196) dan Shanghai (193).
Delapan dari kota utama di Korea berada di rentang NTAI: 147-156. Tiga kota teratas adalah Seoul (156), Chungcheong (156), dan Inchon (153). Sementara itu, Indonesia disebut sebagai pasar dengan keragaman tertinggi di Asia, dengan rentang NTAI: 33-118. Bogor, Tangerang dan Bekasi menjadi kota-kota dengan tingkat adopsi tertinggi.
Komposisi indeks yang dianalisis berdasarkan empat kategori tadi memperlihatkan variasi yang signifikan antara satu negara dengan negara yang lain. Dan sebagai kawasan yang mobile first, kategori Essential pun menjadi pendorong utama perolehan NTAI tinggi di kawasan ini.
Tiap pasar juga memperlihatkan karakteristik unik untuk kategori-kategori lainnya. Misalnya, di kategori Freedom, Vietnam menduduki tempat teratas dalam NTAI karena populasi penduduknya lebih banyak yang berusia muda. Sementara di pasar yang sudah lebih matang, Korea, Cina dan Singapura, NTAI yang lebih tinggi ada di kategori Fun. Hal itu karena konsumen mempunyai daya beli yang lebih tinggi. Menarik untuk dicatat adalah adopsi teknologi baru di kategori Comfort meraih indeks yang signifikan hanya negara-negara Asia yang berkategori “maju” atau developed.
Implikasi Terhadap Merek
Melalui studi NTAI dari Gfk ini, terlihat adanya karakteristik istimewa konsumen Asia yang membedakannya dengan konsumen di negara lain. Misalnya, konsumen Asia cenderung tidak terlalu loyal, lebih eksperimental, dan canggih dalam membuat keputusan pembelian. Dengan karakteristik tersebut, kawasan Asia disebut Gfk sebagai pasar paling ideal untuk menguji produk-produk baru.
NTAI memberi gambaran tentang penerimaan pasar terhadap produk teknologi baru. Indeks ini membantu pebisnis membuat keputusan penting dalam hal pemilihan pasar untuk produk baru. NTAI juga menjadi market intelligence yang dapat membantu brand dalam proses konseptualisasi produk untuk memastikan fitur-fitur yang akan disematkan pada produk teknologi terbaru dapat diterima dengan baik oleh konsumen di pasar yang dibidik.
Temuan lain dari studi Gfk ini adalah hampir dua dari tiap tiga responden (64%) di Asia mengatakan mereka tidak loyal terhadap brand tertentu. Angka itu meningkat 7% dari dua tahun lalu. Sementara di Amerika Serikat dan Eropa, angkanya lebih rendah atau konsumen lebih loyal terhadap brand.
“Meski begitu, strategi one-size-fits-all tidak akan berjalan di pasar Asia yang sangat beragam dan terfragmentasi,” tegas Vishal Bali. Ia menyarankan agar pemilik brand lebih memfokuskan pada faktor-faktor yang lebih penting, seperti menyempurnakan strategi distribusi dan harga di berbagai kota dan kanal pemasaran. Vishal juga mengatakan bahwa pemahaman mendalam tentang kebutuhan konsumen dan perilaku adopsi yang berbeda-beda akan secara signifikan mengangkat tingkat atau laju kesuksesan brand produk-produk consumer technology dan produk-produk durable.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR