Persaingan panas di segmen ponsel papan tengah (mid-range) ikut mempengaruhi Samsung selaku vendor yang masih memegang gelar pabrikan smartphone nomor satu di Indonesia.
Awal tahun ini, Samsung merombak lini ponsel entry-level dan mid-range besutannya dengan memangkas lini Galaxy J yang digantikan oleh seri Galaxy A terbaru.
Lineup Galaxy A Samsung di Indonesia kini memiliki jangkauan harga lebih luas, mulai dari Rp 1 jutaan (Galaxy A2 Core, A10), hingga Rp 5 jutaan (Galaxy A70). Jumlah model yang ditawarkan pun tergolong banyak dan diperkenalkan dalam waktu relatif singkat.
Sebelum Membeli Ponsel Samsung jor-joran dengan lini Galaxy A. Dalam empat bulan pertama 2019, tak kurang dari 10 model smartphone Galaxy A sudah diperkenalkan.
Sebanyak 6 model di antaranya telah dipasarkan di Indonesia, seperti bisa dilihat di situs Samsung. Belum lagi seri Galaxy M yang juga terdiri dari beberapa model dan menyasar pasar penjualan online.
Karakter konsumen berubah
Senior Product Marketing Manager Samsung Indonesia Selvia Gofar mengatakan lini ponsel Galaxy J dipangkas lantaran konsumennya memang sudah menipis, khususnya di kota-kota besar.
Selvia menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh karakter konsumen yang berubah. Dia mengatakan, Galaxy J dimaksudkan untuk menggaet para pengguna feature phone yang hendak pindah ke smartphone.
Para pengguna smartphone awal ini tidak terlalu begitu memperhatikan spesifikasi perangkat. Namun, keadaannya sekarang sudah berubah.
Selvia menyebut konsumen sudah lebih “melek” sehingga tren kebutuhan bergeser ke spesifikasi mumpuni dan fitur kekinian.
"Sekarang smartphone di bawah Rp 2 juta itu juga dirasa kurang bagi konsumen. Itu yang memicu kenapa porsi segmen menengah menjadi lebih tinggi,” ujar Selvia beberapa waktu lalu.
“Karena ada kompetisi juga, kami melakukan revolusi lewat lini Galaxy A dengan banyak perubahan spesifikasi yang cukup menjawab kebutuhan konsumen sekarang.” ujarnya.
Tak bisa bersaing di pasar
Risky Febrian, Market Analyst dari lembaga riset pasar IDC mengemukakan pendapat senada. Menurut dia, perampingan lini smartphone Samsung dengan menghilangkan seri Galaxy J dilatarbelakangi oleh kompetisi ketat di pasaran.
“Dilihat dari kuartal-kuartal sebelumnya, Samsung banyak kehilangan market share di segmen low-end dan ultra low-end karena seri J tidak bisa bersaing di pasar,” ujar Risky.
IDC mencatat upaya Samsung agresif di pasar dengan seri Galaxy A mulai berbuah manis. Risky mengatakan ada peningktan angka pengiriman ponsel Samsung pada kuartal pertama 2019.
"Sejauh ini bisa mempertahankan market share Samsung," katanya.
Di tingkat global, tahun lalu kepala bisnis smartphone Samsung DJ Koh sebenarnya sudah memberikan indikasi bahwa Samsung akan menerapkan strategi bisnis baru di 2019 dengan lebih memperhatikan ponsel kelas menengah, tak melulu high-end.
Fitur-fitur andalan dan teknologi baru akan ditambahkan di produk mid-range untuk memberikan diferensiasi dari pesaing. Produk papan tengah macam ini, kata dia, bisa jadi akan dirilis lebih sering dari sebelumnya.
Pernyataan Koh diamini oleh Head of Product Marketing Samsung Indonesia Denny Galant.
“Entry-level tidak akan ditinggalkan, tapi produk kelas menengah akan lebih banyak,” ujarnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR