Berbicara mengenai QA di Bukalapak, Reifa mengungkapkan ada hal menarik yang dimiliki dibandingkan dengan perusahaan IT besar lainnya.
Pasalnya, di Bukalapak sendiri jumlah tim QA mencapai 150 orang. Berbeda dengan perusahaan lainnya yang biasanya memiliki tim QA dengan kisaran 30-50 orang.
“Kenapa tim QA kami banyak? Karena kami merasa kalau quality itu sangatlah penting. Jadi, makanya di dalam QA kami pisahkan antara UAT, SQA dan SET agar kami bisa menjaga kualitas dari web dan aplikasi Bukalapak. Itulah faktor mengapa tim kami banyak,” ungkap Reifa.
Di sisi lain, Reifa menjelaskan bahwa masih banyak yang menganggap bahwa QA merupakan second class citizen dibanyak perusahaan.
“Sebenarnya dari anggapan itu menjadi tantangan yang paling besar untuk mengangkat QA di Indonesia. Kami bukanlah orang terakhir yang meng-test aplikasi, tapi kita itu salah satu komponen yang penting yang jadi bagian dari software development,” kata Reifa.
Dirikan Komunitas QA
Perlu diakui, dibandingkan dengan profesi lain di dunia IT, saat ini profesi QA masih relatif jarang ditemui di Indonesia.
Demi menumbuhkan bakat pada profesi QA tersebut, akhirnya mendorong Reifa untuk mendirikan komunitas ISQA (Indonesia Software Quality Assurance).
Sekedar informasi, ISQA sendiri merupakan komunitas QA pertama yang hadir di Indonesia.
“ISQA itu didirikan bersama dengan 2 teman saya sekitar tahun 2016 lalu. Ini merupakan komunitas yang siapapun boleh bergabung untuk mengetahui dan mempelajari apa itu QA, bahkan orang-orang yang memang ingin mendalami QA untuk bisa jadi lebih expert,” ujar Reifa.
Untuk kegiatannya, komunitas ISQA juga aktif menggelar berbagai kegiatan seperti meetup yang rutin diadakan di Jakarta setiap bulan misalnya.
Di meetup tersebut, biasanya akan membahas 3 topik tentang QA dan biasanya juga dilakukan layaknya small conference discussion.
Selain meetup yang rutin dilaksanakan di Jakarta tersebut, ISQA juga sempat menggelar beberapa kali meetup di Bandung dan Jogja.
Bahkan, Reifa juga mengungkapkan bahwa ISQA sedang berencana untuk mengadakan big conference.
“Karena yang kita lihat kalo di Indonesia itu sangat jarang sekali ada QA conference atau performance conference. Nah, itu yang mau kita coba dengan nantinya kita bawa expert di bidang QA baik dari Indonesia atau luar negeri agar bisa berbagi wawasan melalui komunitas ISQA,” cetus Reifa.
“Karena kita basisnya adalah komunitas volunteer jadi kami tidak ambil income sama sekali. Kami memang menggelar event yang benar-benar ketika orang datang itu bisa menambah wawasan mereka,” tambah Reifa.
Sampai saat ini, jumlah anggota di komunitas ISQA sendiri sudah mencapai hampir 3000 orang dan tersebar di seluruh Indonesia.
Reifa pun tak menyangka, bahwa komunitas yang didirikannya 2 tahun lalu kini telah berkembang menjadi komunitas IT yang cukup besar.
“Dengan perkembangan ISQA sampai saat ini, tentu harapan kami kedepannya bisa semakin banyak bakat-bakat QA yang hadir di Indonesia,” tutup Reifa.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR