Ikan-ikan yang Sanedi jual paling banyak yaitu ikan tongkol. Dia mulai melakukan persiapan berjualan dari pukul 6.00 WIB pagi; Sanedi membuat arang dari batok kelapa untuk membuat ikan tongkol asap. Kemudian, dia mempromosikan ikan dagangannya di media sosial. Selama Sanedi bekerja, penjualan ikan dilakukan oleh istrinya dan dilaksanakan secara luring. Sewaktu berjualan secara biasa, belum daring, Sanedi pernah mendapati ikan dagangannya sepi pembeli. Mulai saat itu Sanedi mencoba untuk berjualan secara daring.
Semua pesanan yang masuk lewat media sosial akan Sanedi kirimkan pada siang hari di sela-sela jam dia bekerja. Istrinya menjemput anak di sekolah, dan pekerjaan dilanjutkan kembali oleh Sanedi. Usai mengantarkan seluruh pesanan, Sanedi kembali berangkat kerja ke Pengadilan Agama dan pekerjaan menjual ikan dilakukan oleh istrinya hingga Sanedi kembali pulang pada sorenya. Selama dia melakuakan pengiriman, paling jauh yaitu ke daerah Bandar Sah dan memakan waktu pergi-pulang selama tiga puluh menit. Untuk semua pesanan yang Sanedi kirimkan, dia tidak memberlakukan ongkos kirim; semuanya gratis.
Penghasilan bersih yang Sanedi dan keluarganya dapat per bulannya yaitu sekitar lima juta rupiah. Sanedi bersyukur dengan jumlah tersebut, dia dapat menghidupi keluarga. “Internet di daerah Natuna ini sekarang sudah bagus. Dulu belum ada 4G, kini sudah ada,” tutur Sanedi. “Hambatan-hambatan (dalam berjualan) kini berkurang dengan adanya internet.”
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR