FBI sedang menyelidiki insiden tersebut dan diketahui telah menyarankan firma hukum untuk tidak bernegosiasi dengan penyerang atau membayar uang tebusan karena ini akan melanggar hukum pidana federal.
Sementara itu, firma hukum Grubman Shire Meiselas & Sacks turu memberikan pernyataan atas kasus peretasan yang menimpanya.
"Kami telah diberi tahu oleh para ahli dan FBI bahwa bernegosiasi atau membayar tebusan kepada hacker adalah pelanggaran hukum pidana federal," dan menyimpulkan, "Kami berterima kasih kepada klien kami atas dukungan mereka yang luar biasa dan untuk mengakui bahwa tidak ada yang selamat dari terorisme siber saat ini. "
Pakar keamanan siber Brett Callow mengatakan kasus peretasan ini menjadi lebih menarik saat ini.
"Sejauh yang saya tahu, tidak ada serangan ransomware yang pernah digolongkan sebagai tindakan teroris, dan itu termasuk serangan terhadap kota-kota dan rumah sakit AS, sehingga organisasi selalu diizinkan untuk bernegosiasi. Saya hanya bisa berasumsi klasifikasi ini adalah karena ancaman terhadap Trump," ujar Callow.
Yang bisa menjadi berita buruk bagi penjahat REvil, begitu disamakan dengan terorisme, perburuan aktor-aktor ancaman tersebut mengambil dimensi yang sama sekali berbeda.
"Para penjahat telah menembak diri mereka sendiri dengan menyebut Trump," kata Callow, "Tidak mungkin mereka dapat mengumpulkan uang tebusan, jadi mereka mungkin akan menerbitkan sisa data atau melelangnya," tambahnya.
Baca Juga: Diduga Monopoli Iklan, Raksasa Teknologi Google Dituntut Pemerintah AS
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR