“DJP sendiri melakukan strategi bisnis dengan memberikan user experience yang enak, sehingga para wajib pajak tidak merasa diawasi (selama berada di portal DJP),” kata Iwan.
Iwan pun mengingatkan akan pentingnya integrasi antar divisi dan TI sendiri untuk mempermudah pelayanan kepada para konsumen di dalamnya.
Baca Juga: Facebook dan Instagram Bakal Kirimkan Notifikasi untuk Pakai Masker
Norman menambahkan, bahwa kolaborasi seperti platform, software, model bisnis, dan strategi pemasaran merupakan konsep penting yang perlu dimaksimalkan untuk mendukung integrasi TI itu sendiri.
Namun, jangan lupa bahwa konsep bisnis awal terkadang tak selalu berakhir seperti yang diinginkan. Sehingga keseluruhannya harus fleksibel mengikuti situasi di lapangan.
“Kadang apa yang kamu inginkan di awal, akan berakhir berbeda ketika diletakkan pada market,” kata Norman.
Lakukan inovasi dan tentukan prioritas anggaran
Pada akhirnya, Iwan mengatakan, seluruh proses bisnis yang terjadi memerlukan sebuah inovasi baru agar dapat bertahan sekaligus menghentikan kerugian di tengah pandemi. Sehingga, penting bagi pebisnis untuk melakukan inovasi serta menentukan prioritas anggaran yang perlu dimaksimalkan.
Baca Juga: Review Acer Swift 5: Laptop Tipis dan Ringan Berprosesor Intel Terkini
Hal ini tak lain agar tak ada alokasi dana yang terbuang sekaligus tak tepat sasaran. Disamping itu, dengan menentukan keduanya, perusahaan juga dapat mempertimbangkan alokasi waktu sekaligus menyelaraskan strategi bisnis yang ingin dijalankan.
“Kami menyiapkan inovasi dimana ekosistem kami bisa diakses di mana saja. Kami juga melakukan digital identity dan Dev-Ops untuk menjamin keamanan dan pengembangan. Sedangkan terkait anggaran, kami berusaha meng-hold dulu untuk beberapa kasus,” ujar Iwan.
Senada dengan Iwan, Small and Medium Corporate Lead Microsoft Indonesia Vony Tjiu yang turut hadir sebagai pembicara mengatakan bahwa dalam penggunaan anggaran, perusahaan jangan sampai melupakan prioritas anggaran untuk pengelolaan TI.
Terutama yang menyangkut dengan software pendukung kolaborasi antar tim. Sebab, saat ini TI memegang peran yang krusial di tengah digitalisasi. Tanpa adanya infrastruktur kolaborasi yang baik, maka miskomunikasi akan sering terjadi.
Baca Juga: Gagal Bersaing dengan TikTok, Facebook Tutup Aplikasi Lasso
Infrastruktur kolaborasi pun dapat membantu para anggota tim untuk saling mendukung sekaligus memantau pekerjaan masing-masing anggota di dalamnya. Di mana tantangan ini telah dipaparkan oleh Iwan sebelumnya.
“Untuk beberapa perusahaan yang masih melakukan proses bisnis tradisional, diperlukan software dan sistem yang saling terintegrasi end-to-end untuk mempermudah kinerja bisnis di dalamnya,”ujar Vony.
Menyadari hal tersebut, Vony juga menceritakan jika Microsoft melakukan inovasi untuk menyediakan ekosistem yang terintegrasi bagi para pelaku bisnis lewat layanan Microsoft Teams, Microsoft 365, Microsoft Dynamics 365, hingga Microsoft Azure DevOps yang informasi selengkapnya dapat diakses melalui website Remote Work Hub.
“Harapannya, dengan solusi dari kami, semua developer dapat bekerja sama, terkoneksi bersama, meski berada dari rumah. Sekaligus mewadahi mereka untuk menyimpan source code dengan secure melalui layanan Microsoft Azure,” tutup Vony.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR