=
Tragedi penerbangan kembali terjadi di Indonesia. Pesawat Sriwijaya Air SJ182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada 9 Januari 2021 sekitar pukul 14.40 WIB.
Ketika terjadi kecelakaan pesawat seperti ini, perhatian publik biasanya mengarah kepada aplikasi data penerbangan seperti Flightradar24. Aplikasi ini dapat menunjukkan detik demi detik perjalanan pesawat, termasuk data penting seperti posisi, kecepatan, dan ketinggian pesawat.
Bahkan di Twitter tersebar konten yang merekonstruksi kejadian Sriwijaya Air SJ182 berdasarkan data FlightRadar24 ini.
Pertanyaan besarnya, seberapa akurat sebenarnya data FlightRadar24 ini?
Bagaimana Flightradar24 mendapatkan data penerbangan?
Pada dasarnya, Flightradar24 mengumpulkan data dari berbagai sumber. Khusus untuk pelacakan posisi pesawat, sumber utama data berasal dari perangkat ADS-B (Automatic Dependent Surveillance-broadcast). Perangkat ini digunakan pesawat komersial modern untuk mendapatkan data lokasi pesawat secara real-time dari satelit, yang kemudian diteruskan ke Air Traffic Controller (ATC).
Kurang lebih, cara kerja teknologi ADS-B adalah seperti ini.
Karena data dikirim melalui frekuensi publik (1090Mhz), data ini pun bisa ditangkap oleh transponder ADS-B milik personal, termasuk milik Flightradar24. Data inilah yang kemudian diolah oleh Flightradar24.
Selain data ADS-B, Flightradar24 juga mengumpulkan data dari teknologi radar lainnya, seperti MLAT, satelit, atau Flarm. Flightradar24 juga mengkompilasi data jadwal penerbangan dari bandara dan maskapai di seluruh dunia.
Kombinasi semua data itulah yang kemudian ditampilkan di aplikasi Flightradar24.
Apakah data Flightradar24 akurat?
Yang dilakukan Flightradar24 pada dasarnya adalah “mendengarkan” data yang dikirimkan setiap pesawat ke ATC. Jadi data yang didapat Flightradar24 pada intinya sama dengan data yang diperoleh otoritas penerbangan resmi.
Namun perlu diingat, alat untuk “mendengar” (atau ADS-B receiver) yang dimiliki Flightradar24 juga terbatas. Flightradar24 mengaku memiliki 20 ribu ADS-B receiver di seluruh dunia. Receiver tersebut mencakup seluruh wilayah AS dan Eropa, dan sebagian besar negara-negara di Asia, termasuk Indonesia.
Meski sudah meluas, jaringan Flightradar24 tentu saja tidak sebanding dengan jaringan radar yang dimiliki seluruh negara di dunia. Ada banyak area yang tidak dijangkau jaringan receiver Flightradar24, seperti lautan yang luas.
Dengan kata lain, Flightradar24 memang bisa digunakan sebagai patokan untuk melihat pergerakan pesawat. Namun data yang mereka miliki tentunya tidak memadai untuk menebak apalagi merekonstruksi kejadian sesungguhnya.
Apakah menampilkan data posisi pesawat seperti Flightradar24 diperbolehkan?
Jawaban sederhananya adalah iya. Yang dilakukan Flightradar24 pada dasarnya hanya “menguping” informasi yang beredar di frekuensi publik. Tidak ada dampak teknis dari kegiatan yang dilakukan Flightradar24 ini.
Perangkat ADS-B receiver yang digunakan pun bisa didapatkan secara bebas dengan harga relatif terjangkau. Contohnya produk ini, yang tinggal dihubungkan ke komputer untuk menangkap informasi yang dikirim ADS-B. Jika sudah punya receiver, Anda bisa menggunakannya sendiri atau bergabung dengan jaringan Flightradar24. Alternatif lain, Anda bisa mengajukan diri mendapatkan receiver gratis dari Flightradar24 (Anda bisa mendaftar di sini).
Catatan penting lainnya, ada banyak pesawat yang memblokir informasi yang bisa didengar ADS-Receiver ini. Contohnya adalah pesawat militer atau pesawat kepresidenan.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR