Perusahaan Schneider Electric mendukung Kementerian PUPR dan PDAM dalam proses transformasinya menuju Smart Water Management dengan menjadi mitra strategis dalam mengembangkan solusi terintegrasi, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman globalnya yang relevan untuk diterapkan di Indonesia.
Hingga saat ini, Schneider Electric telah ikut terlibat dalam berbagai proyek pengembangan dan revitalisasi sistem pengelolaan air di Indonesia antara lain di PDAM Surya Sembada Surabaya, proyek SPAM Semarang Barat, Palyja, Traya Tirta, dan Moya Indonesia.
Dalam acara bincang media Schneider Electric dengan tema “Roadmap Indonesia Menuju Smart Water Management” yang digelar Selasa (25/8), perusahaan asal Prancis tersebut menekankan bahwa digitalisasi yang disertai dengan pemanfaatan energi bersih merupakan satu-satunya cara yang dapat menjawab tantangan sektor air dalam meningkatkan ketahanan operasional, menurunkan emisi karbon, dan menjaga keberlanjutan ketersediaan air bersih.
“Kontribusi terbesar inefisiensi di sektor air adalah konsumsi listrik dan pemborosan air akibat kebocoran pipa yang tidak terdeteksi. Sekitar empat persen konsumsi listrik secara global berasal dari sektor air. Dan sekitar 25-35 persen air hilang pada saat operasi pemompaan dan distribusi di dalam pipa – sebelum akhirnya sampai di tempat konsumen,” papar Hedi Santoso, Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste.
“Dibutuhkan transparansi dan ketertelusuran aset air di seluruh jaringan operasional dan distribusi yang dapat meningkatkan visibilitas untuk pengambilan keputusan yang tepat berbasis data real-time. Hal ini dimungkinkan dengan pemanfaatan sensor, artificial intelligence, digital-twin, dan analisa prediktif dengan platform terbuka,” tambah Hedi.
Di kesempatan yang sama, Dades Prinandes, ST, MSi, Kasubdit Perencanaan Teknis Direktorat Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR mengatakan, “Saat ini hampir sebagian besar kota di Indonesia menghadapi tiga krisis defisiensi, yaitu infrastruktur yang sudah tua dan kinerja yang memburuk, sumber air yang terbatas, serta kapasitas sumber daya manusia yang terbatas.”
Menurutnya, ketiga hal tersebut yang menyebabkan seringkali pengelolaan operasional difokuskan pada masalah yang paling kritis dan mengabaikan operasional dan pemeliharaan yang dapat berdampak di jangka panjang.
Antara lain kehilangan air yang semakin besar, kehilangan finansial, resiko kesehatan dan kepuasan konsumen.
“Oleh karena itu, roadmap Smart Grid Water Management yang dicanangkan pada RPJMN 2020-2024 memfokuskan pada tiga aspek yaitu Integrated Smart Water Management, Integrated Water Resource Management, serta pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Harapannya dengan digitalisasi sektor air minum ini dapat mendukung pencapaian target 100 persen hunian akses air minum layak termasuk 15 persen akses aman pada 2024,” jelas Dades.
Sementara itu, Nanang Widyatmoko, ST, Manajer Kelola Sistem Informasi dan Aset Properti PDAM Surya Sembada Kota Surabaya menceritakan perjalanan digitalisasi PDAM Surya Sembada yang telah dimulai sejak tahun 2000 dan dampak yang telah dirasakan.
“PDAM Surya Sembada saat ini telah menerapkan pemanfaatan sejumlah teknologi digital antara lain manajement aset digital, pelaporan operasional Instalasi Pengelolaan Air Minum (IPAM) dan Rumah Pompa Distribusi (RPD) berbasis digital, serta pelaporan tekanan air berbasis digital. Dalam menunjang digitalisasi, PDAM Surya Sembada telah membangun data center sebagai pusat penyimpanan data digital serta Service and Operation Command Centre (SOCC) sebagai pusat monitoring dan kontrol kegiatan operasional dan layanan,” tutur Nanang.
Melalui pemanfaatan teknologi-teknologi digital tersebut, PDAM Surya Sembada dapat meningkatkan Availability dan Reliability IPAM dan RPD lebih dari 99%, Specific Energy Consumption (SEC) dibawah 0,3 kWh/m3, dan tingkat kehilangan air 27% dengan 24% pelanggan bertekanan minimal 0,7 bar.
“PDAM Surya Sembada memiliki target jangka panjang untuk mencapai tingkat kehilangan air 20% dengan 100% pelanggan bertekanan minimal 0,7 bar dan mengurangi biaya listrik sebesar 30%. Kami berharap mendapat dukungan dari banyak pihak untuk merealisasikannya, salah satunya dari Schneider Electric,” jelas Nanang.
Arsitektur EcoStruxure for Water and Wastewater dari Schneider Electric
Komitmen Schneider Electric terhadap aspek keberlanjutan (sustainability) dibuktikan dengan mengembangkan solusi pengelolaan energi dan otomasi berbasis lingkungan, dan menerapkan solusi tersebut di dalam kegiatan operasional perusahaan.
Hal ini menjadikan Schneider Electric sebagai perusahaan paling berkelanjutan di dunia pada 2021 oleh Corproate Knights Global 100 Index.
Salah satu indikator penilaian adalah terkait penerapan efisiensi air dan rencana konservasi – dan Schneider Electric memperoleh nilai “A” untuk dua tahun berturut-turut dalam kuesioner CDP Water.
Arsitektur EcoStruxure for Water and Wastewater memungkinkan monitoring data secara real-time dari berbagai aplikasi yang dapat dibagikan dengan berbagai departemen perusahaan.
Platform ini juga memungkinkan peningkatan kinerja operasional yang cepat, kontrol kualitas yang lebih ketat, konsumsi energi dan bahan baku yang lebih rendah, pemeliharaan yang lebih baik dan, pada gilirannya, meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Arsitektur EcoStruxure for Water and Wastewater telah membantu klien kami di lebih dari 150 negara agar dapat menghasilkan air berkualitas tinggi, melakukan purifikasi air limbah yang berkelanjutan, dan efisiensi operasional.
Solusi ini telah terbukti mampu mengurangi konsumsi energi hingga 30%, meningkatkan efisiensi operasional pada instalasi pengolahan air dan jaringan distribusi air hingga 25%, dan mengurangi total biaya kepemilikan (TCO) asset hingga 20%.
Baca Juga: Electricity 4.0: Membangun Masa Depan Dunia yang Lebih Berkelanjutan
Baca Juga: Inilah Tiga Kunci Strategi Digital untuk Meningkatkan Daya Saing bagi Industri Mamin
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR