Tak bisa dipungkiri teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan memainkan peran penting dalam pengembangan inovasi teknologi di masa depan. Teknologi AI memberikan dampak signifikan terhadap kemaslahatan masyarakat.
Sebaliknya, teknologi AI dapat sangat mematikan tergantung kepada siapa pihak yang mengembangkannya.
Baru-baru ini, para ilmuwan memperingatkan teknologi AI dapat dikembangkan menjadi senjata kimia dan biologi yang sangat mematikan. Apalagi, belum ada regulasi dan yang mengatur pengembangan teknologi AI di dunia.
Swiss Federal Institute for Nuclear, Biological and Chemical Protection meminta para ilmuwan untuk mempelajari apakah AI dapat digunakan oleh orang-orang dengan motif tertentu. Hasilnya, teknologi AI dapat memanipulasi 40.000 senyawa beracun dalam waktu enam jam.
"Teknologi ini dapat membantu penemuan obat antibiotik dan obat-obatan lainnya untuk melawan infeksi Covid-19. Tapi, teknologi AI ini juga dapat dimanipulasi untuk mencari senyawa saraf yang beracun," kata penulis utama Fabio Urbina dalam jurnal Nature Machine Intelligence seperti dikutip Daily Mail.
Ironisnya, teknologi AI dapat menghasilkan senyawa yang lebih beracun dari senjata saraf VX yang dikembangkan oleh Defence Science and Technology Lab Inggris pada tahun 1950-an, yang menyebabkan kematian dengan mematikan sistem saraf dan otot.
"Kekhawatiran kami adalah betapa mudahnya seseorang dengan kepentingan jahat memanfaatkan teknologi ini," kata Fabio yang juga merupakan CEO dari Collaboration Pharmaceuticals di North Carolina, Amerika Serikat.
Solusinya, para ilmuwan ini meminta pihak pemerintah dan swasta untuk mengawasi dan mengevaluasi penggunaan teknologi AI secara ketat.
Minta Diatur Regulasi
Teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan menjadi penentu inovasi dan perkembangan teknologi di masa depan, mengingat saat ini perusahaan teknologi raksasa hingga negara fokus mengembangkan artificial intelligence yang lebih canggih untuk berbagai kepentingan.
Sayangnya, pengembangan artificial intelligence tidak diatur oleh regulasi global sehingga rentan disalah gunakan.
Source | : | Daily Mail |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR