Pada setiap program Bangkit yang digelar, setiap mahasiswa/i yang menjadi peserta wajib menyelesaikan proyek tugas akhir sebagai syarat kelulusan.
Dari beberapa produk aplikasi cetusan mahasiswa/i Bangkit, salah satunya ada Fishku.
Aplikasi ini memiliki tujuan utama untuk meningkatkan perekonomian laut Indonesia, dan terpilih dalam Top 15 dari lebih 400 tim untuk kategori Product-Based Capstone Project di Bangkit 2022.
Artinya, Fishku memperoleh bimbingan intensif dengan mentor yang merupakan pakar terbaik di industri, serta menerima dana inkubasi sebesar Rp140 juta dari Google dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek).
Seluruh tim terpilih meraih skor teratas pada 7 indikator penilaian utama, yaitu relevansi tema dan ide, tepatnya teknik yang digunakan dalam pengembangkan aplikasi, prospek masa depan, kesempatan untuk local deployment, "Go-to-Market Sustainability”, relevansi untuk industri, dan juga teknik presentasi.
Aplikasi ini bertujuan untuk mendigitalkan proses jual beli ikan, sehingga membantu nelayan dan pembudidaya ikan menjangkau calon pembeli yang lebih luas.
“Fishku ini unik karena menciptakan aplikasi jual-beli ikan dengan teknologi Machine Learning (ML) yang bisa mendeteksi kesegaran ikan dengan harapan untuk memajukan perekonomian nelayan di Indonesia. Inovasi ini sangat relevan dengan kondisi tanah air kita yang merupakan negara maritim,” kata Dora Songco, Product Manager, Google Indonesia.
“Inovasi yang Fishku ciptakan tidak hanya impactful atau berdampak, tetapi juga memiliki nilai bisnis. Sehingga, kami menilai bahwa Fishku bisa menjadi bakal calon startup yang baik untuk masa depan ekonomi Indonesia,” sambungnya.
Fishku memanfaatkan teknologi ML (Machine Learning), salah satu fokus pembelajaran di Bangkit, untuk memungkinkan deteksi kesegaran ikan laut.
Dengan Fishku, pengguna dapat melihat kesegaran ikan yang dideteksi melalui mata, tulang, dan dagingnya, dengan tingkat akurasi hingga 98%.
Fishku sendiri meluncurkan dua aplikasi dengan fungsi dan tujuannya masing-masing. Aplikasi yang pertama bernama “Fishku”, yang dapat digunakan untuk pembeli ikan, dan yang kedua adalah “Mitra Fishku”, diperuntukkan kepada nelayan dan pembudidaya ikan.
“Kami banyak memikirkan kesejahteraan para nelayan setelah mengunjungi beberapa desa nelayan secara terpisah di kota kami masing-masing,” kata Muthia Farah Hanifa, CEO & Co-Founder, Fishku.
“Saat itu, kami melihat banyak nelayan yang masih belum memiliki kehidupan yang layak. Dan fakta itu menggerakkan kami untuk membuat Fishku yang dapat berkontribusi dalam mendorong perekonomian laut dan khususnya nelayan,” lanjut Muthia.
Pengembangan aplikasi ini pun tidak luput dari tantangan. Dalam proses integrasi ML, tim Fishku perlu mengumpulkan data sebanyak mungkin agar fitur pendeteksi kesegaran ikan bisa berfungsi optimal dan memiliki akurasi yang tinggi.
Kendala kedua mereka adalah setiap anggota tim Fishku tinggal di kota yang berbeda. Ini mendorong mereka untuk berkomunikasi untuk menjaga alur kerja secara rutin.
“Meskipun kami menghadapi berbagai tantangan, kami bersyukur memiliki dua mentor yang membantu kami memberikan masukan dan insights teknologi, bisnis, dan pemasaran untuk Fishku. Mereka terus memberikan kami semangat dan sangat komunikatif dengan proses pengembangan kami,” ungkap Rhamdan Syahrul Mubarak, Machine Learning Engineer, Fishku.
Ke depannya, Fishku juga ingin terus mengembangkan aplikasi dan menawarkan fasilitas unggul lainnya. Setelah memaksimalkan fitur deteksi kesegaran ikan, Fishku berencana mengembangkan fitur untuk mendeteksi titik sebaran ikan di laut melalui satellite imagery.
Baca Juga: Cerita Dua Perempuan Lulusan Program Bangkit yang Akhirnya Berkarier di Bidang IT
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR