Saat ini perusahaan-perusahaan di seluruh dunia mengizinkan karyawannya menggunakan ChatGPT, sebuah program chatbot berbasis teknologi artificial intelligence generatif (AI) atau kecerdasan buatan untuk bekerja, berinteraksi dengan pengguna dan menjawab berbagai permintaan.
Sayangnya, banyak pakar keamanan yang memperingatkan bahwa ChatGPT dapat membocorkan informasi rahasia dan strategi bisnis perusahaan.
Sebuah survei online tentang AI menunjukkan bahwa sekitar 28 persen dari responden secara rutin menggunakan ChatGPT di tempat kerja.
Namun, hanya 22 persen yang mengatakan bahwa atasan mereka secara eksplisit mengizinkan penggunaan alat eksternal tersebut.
Survei yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos ini melibatkan 2.625 orang dewasa di seluruh Amerika Serikat, dengan tingkat akurasi sekitar dua poin persentase.
Ada sekitar 10 persen dari peserta survei yang menyatakan bahwa atasan mereka tegas melarang penggunaan alat AI dari luar.
Selain itu, sekitar 25 persen tidak mengetahui apakah perusahaan mereka mengizinkan penggunaan teknologi semacam itu.
Sejak November, ChatGPT telah menjadi aplikasi dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah. Namun, OpenAI menuai banjir kritik karena ketahuan mengumpulkan data pengguna tanpa izin pengguna.
Para peneliti juga menemukan bahwa ChatGPT mampu mereproduksi data yang telah diserap selama proses pelatihan, yang berpotensi membawa risiko terhadap informasi hak milik.
"Orang sering tidak memahami bagaimana data mereka digunakan ketika mereka menggunakan layanan AI generatif," kata Ben King, Wakil Presiden Kepercayaan Pelanggan di Okta, seperti yang dilaporkan oleh Channel News Asia pada tanggal 11 Agustus 2023.
"Kepercayaan ini sangat penting bagi bisnis, karena penggunaan layanan AI yang banyak dan beragam tidak selalu diatur melalui kontrak formal. Karena layanan tersebut sering kali gratis, risiko bagi perusahaan tidak selalu dapat dinilai melalui proses evaluasi yang biasa," tambah King.
OpenAI menolak memberikan komentar lebih lanjut mengenai dampak dari penggunaan ChatGPT oleh individu di tempat kerja, namun mereka menekankan dalam posting blog terbaru bahwa data pengguna tidak akan digunakan untuk melatih chatbot tanpa izin dari pemiliknya.
Dalam konteks Google Bard, data seperti teks, lokasi, dan informasi penggunaan lainnya dikumpulkan saat layanan ini digunakan.
Google memungkinkan pengguna untuk menghapus aktivitas sebelumnya dari akun mereka dan memberikan opsi untuk menghapus konten yang diberikan kepada sistem kecerdasan buatan.
Namun, baik Google maupun Microsoft tidak memberikan tanggapan segera terkait permintaan komentar lebih lanjut.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR