Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan perusahaan teknologi Yandex dengan menyelenggarakan seminar komprehensif mengenai teknologi AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan pada beberapa waktu lalu.
Membahas topik mulai dari ilmu data, komputasi super, AI generatif hingga etika AI, kolaborasi ini berupaya untuk terus mengawal AI dalam diskursus yang inovatif, juga mencapai keseimbangan yang beretika dalam pemanfaatannya.
“Acara ini menandakan langkah penting menuju masa depan di mana AI tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk kepentingan masyarakat, tetapi juga mematuhi standar keselamatan dan etika,” jelas VP Strategy Yandex Search, Alexander Popovskiy langsung di Gedung FMIPA UI (29/02/2024).
Menanggapi itu, Guru Besar FMIPA UI, Prof Alhadi Bustamam mencatat bahwa ada beberapa masalah yang mungkin terjadi di masa depan, termasuk ketergantungan ilmu data pada ketersediaan data, kekhawatiran seputar privasi dan keamanan, dan potensi penyalahgunaan AI.
Lewat bahasannya menyoal "Data Science and AI Horizons: Navigating The Current Landscape and Future Prospects", ia mengeksplorasi cara matematika, ilmu data, dan AI dapat membantu mengatasi tantangan dunia nyata dengan meningkatkan proses pengambilan keputusan, mitigasi risiko, mendeteksi penipuan, dan menganalisis tren untuk perbaikan berkelanjutan.
Meski begitu, Direktur UI Advisory Firdaus R. Rony menyampaikan harapannya terhadap kolaborasi Indonesia-Rusia di masa depan di bidang ilmu data dan AI, serta mengimbau pentingnya perusahaan lain bersaing di sektor ini selain raksasa teknologi ternama.
Pemanfaatan AI untuk Eksplorasi yang Lebih Bijak
Dosen Fakultas Ilmu Komputer, Dr. Muhammad Hilman mencoba menerapkan titik temu antara AI dan high-performance computing (HPC). Ini diimplementasikan bersama klub mahasiswa independen di UI.
“Penelitian kami dengan HPC mencakup simulasi tingkat lanjut, analisis data, dan kolaborasi interdisipliner, serta menarik talenta. Banyak ilmuwan dari seluruh dunia yang ingin datang ke Indonesia untuk melakukan penelitian kolaboratif. Kami bercita-cita untuk menjadi yang terdepan, memanfaatkan sepenuhnya infrastruktur dan kemampuan kami untuk mengelola kumpulan data yang sangat besar dan menstimulasi model kami. Model-model tersebut nantinya dapat digunakan di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam dan komputasi,” terang Dr. Hillman.
Untuk Yandex sendiri, pemanfaatan AI modern ini lekat dengan proses eksperimentasi dalam sejarahnya.
Menurutnya, evolusi AI hingga saat diperkenalkannya AlexNet pada tahun 2012, menunjukkan kemampuan jaringan saraf dalam melakukan tugas pengenalan gambar, dan model pertama yang dapat menghasilkan gambar, musik, dan teks, jadi semakin tidak dapat dibedakan dari konten buatan manusia.
“Model terbaru seperti DALL-E dan ChatGPT, yang dapat membuat gambar dari deskripsi tekstual dan terlibat dalam percakapan mirip manusia, bukan sekadar program—mereka adalah bagian dari proses sistematis penemuan, penelitian, dan pengembangan ilmiah. Saat ini, kita melihat semakin banyak inovasi di bidang AI— yangmembentuk dunia dengan cara yang baru kita pahami,” ungkap Direktur Pengembangan AI Yandex, Alexander Krainov.
Masih di kesempatan yang sama, tim proyek RISTEK UI yang merupakan mahasiswa fakultas ilmu komputer, Oey Joshua, Bryan T, dan Nyoo Steven memiliki inovasi AI untuk industri hukum.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR