Ruang gerak industri semikonduktor Cina terus dipersempit oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS). Langkah terbaru AS adalah melobi Pemerintah Belanda dan Jepang untuk melakukan pembatasan lebih lanjut.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari kesepakatan tahun 2023 yang bertujuan mencegah peralatan untuk proses manufaktur chip masuk ke Cina, yang dikhawatirkan oleh Pemerintah AS, akan meningkatkan kemampuan militer Cina.
Laporan Reuters baru-baru ini mengungkapkan bahwa Departemen Perdagangan AS sedang mempertimbangkan langkah-langkah lebih lanjut untuk membatasi industri semikonduktor Cina.
Alan Estevez, Wakil Menteri di bawah Departemen Perindustrian dan Keamanan AS, dijadwalkan melakukan kunjungan ke Belanda dan Jepang. Tujuan utama kunjungan ini adalah untuk menguatkan pembatasan terhadap kemampuan Cina memproduksi semikonduktor canggih dan mencegah Cina menggunakan peralatan manufaktur chip untuk tujuan militer.
Selain itu, Pemerintah AS juga sedang mempertimbangkan untuk menambahkan 11 perusahaan chip asal Cina lainnya ke dalam daftar pembatasan. Langkah ini akan semakin membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi dan peralatan penting yang dimiliki Amerika untuk memproduksi semikonduktor.
Laporan Reuters menyoroti pembatasan terhadap para pemasok peralatan, seperti ASML dari Belanda dan Tokyo Electron dari Jepang dalam interaksinya dengan pelanggan dari Cina yang berpotensi meningkatkan kemampuan industri semikonduktor Cina.
Langkah-langkah ini mencakup pembatasan terhadap para pemasok peralatan seperti ASML dari Belanda dan Tokyo Electron dari Jepang untuk beroperasi di pasar China, khususnya dalam hal pengembangan chip memori berkecepatan tinggi atau high bandwidth memory (HBM).
Sebelumnya, Jepang telah mengenakan pembatasan ekspor ke Cina terhadap 23 jenis mesin yang digunakan dalam produksi semikonduktor, mengikuti kebijakan AS untuk membatasi kemajuan teknologi Cina. AS sendiri juga telah memberlakukan pembatasan serupa terhadap perusahaan-perusahaan seperti Applied Materials dan Lam Research.
Langkah-langkah ini menimbulkan tantangan diplomatis, seperti yang terjadi saat AS mencoba mencegah ASML untuk terus memberikan layanan pemeliharaan pada peralatan yang digunakan di Cina. Kontrak layanan yang masih berlaku antara ASML dan pelanggan Cina menjadi kendala yang signifikan dalam upaya ini.
Dengan pembatasan baru yang diberlakukan oleh Belanda mulai Januari, ASML telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi mengirimkan peralatan lithografi DUV (Deep Ultraviolet) tingkat tinggi, seperti NXT:2000i, ke Cina.
Sementara itu, Tiongkok pun bereaksi keras terhadap tindakan pembatasan yang dilakukan oleh AS. Dikutip dari Reuters, juru bicara kementerian luar negeri Cina, Lin Jian, mengecam AS karena "memaksa negara lain dan menekan industri semikonduktor Tiongkok."
Lin memperingatkan bahwa perilaku semacam ini justru menghambat perkembangan semikonduktor global dan pada akhirnya akan membawa dampak negatif.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR