Teknologi Cloudera menjadi salah satu penopang platform big data PT Bank Central Asia Tbk. (BCA). Tidak hanya menjawab kebutuhan mengelola dan memanfaatkan data terstruktur maupun tidak terstruktur, platform Cloudera juga kini dimanfaatkan BCA dalam mengaplikasikan teknologi artificial intelligence (AI).
Menurut Lily Wongso, Enterprise IT Architecture, Data Management, Service Quality Group Head, BCA, Cloudera Data Platform (CDP) telah digunakan BCA sejak sekitar enam tahun silam. Kebutuhan akan penyimpanan dan pengelolaan data yang semakin besar serta beragam (structured dan unstructured) menjadi alasan BCA untuk mengoperasikan data lake yang berlandaskan platform data hybrid dari Cloudera tersebut.
Selain data transaksi, ke depannya, platform ini juga akan mewadahi berbagai macam data, termasuk data log yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi operasional. Dan teknologi ini tidak hanya membantu tim TI tetapi juga memberdayakan tim bisnis untuk berinovasi dalam produk dan layanan mereka, misalnya untuk meningkatkan pengalaman nasabah lewat credit scoring yang lebih akurat, memonitor anomali atau indikasi penipuan (fraud), serta membantu pengambilan keputusan yang lebih baik.
Menurut Lily, ketersediaan data ini juga memungkinkan bank untuk meningkatkan produktivitas dan membuka peluang inovasi. “AI dan machine learning memungkinkan tim bisnis kami dapat membuat kampanye pemasaran yang lebih inovatif dan terpersonalisasi dengan memanfaatkan data yang tersedia,” jelasnya.
Dengan ketersediaan data yang andal, kebutuhan pemanfaatannya di BCA pun terus bergerak dari analitik visual, prediktif, preskriptif, hingga ke arah AI dan machine learning.
Berbicara tentang machine learning, Lily Wongso memaparkan inisiatif BCA membangun tool machine learning, yang juga berfungsi sebagai sandbox, bernama Learning Intelligent System Automation, atau disingkat LISA.
Menurut Lily Wongso, LISA dibangun di atas Cloudera Machine Learning (CML). Merupakan bagian dari CDP yang berfokus pada machine learning dan AI, CML menyediakan alat dan infrastruktur untuk membangun, melatih, menguji, dan mengimplementasikan model machine learning.
Pengembangan LISA ini dilandasi prinsip demokratisasi AI dan machine learning, bagaimana teknologi ini bisa dijangkau lebih banyak pengguna, tidak hanya user teknis.“Jadi orang yang tidak mengerti tentang programming pun bisa menggunakan machine learning, karena hal ini akan membuat proses jadi lebih cepat dan lebih tepercaya,” kata Lily.
Ia menjelaskan, LISA menyediakan tiga antarmuka (interface). User tanpa keahlian programming dapat langsung memasukkan data dan menerima hasilnya dari machine learning. Ada pula user yang bisa melakukan coding pada LISA. Selain itu tersedia juga akses melalui API.
Lily menjelaskan bahwa salah satu alasan BCA menggunakan Cloudera Machine Learning (CML) adalah karena fitur machine learning-nya sudah tersedia dalam ekosistem Cloudera, dan data-data juga sudah berada di sana. Dengan memanfaatkan platform yang sudah ada, proses machine learning menjadi lebih efisien dan optimal.
Namun, Lily juga menegaskan bahwa tidak semua model machine learning dibangun sepenuhnya di CML. Ada beberapa model yang mungkin dibangun sendiri oleh tim, tetapi jika CML memiliki library yang sesuai dan data yang diperlukan sudah ada di platform, ia dan timnya akan menggunakan CML untuk memaksimalkan efisiensi.
Secara khusus, Lily menyoroti kelebihan LISA dari sisi pemenuhan standar responsible AI. Standar ini bisa terpenuhi antara lain karena tool ini memungkinkan kolaborasi berbagai pihak yang berkepentingan dalam melakukan pengembangan, validasi, monitoring, dan fine tuning dari model yang dihasilkan LISA.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR