Menjelang penghujung bulan Maret lalu di Jakarta, BrainEye mengumumkan perihal kehadiran aplikasi BrainEye di tanah air. BrainEye menjelaskan aplikasi BrainEye sebagai alat skrining kesehatan otak yang terjangkau, cepat, dan akurat, serta tidak memerlukan peranti keras yang mahal. Memanfaatkan AI (artificial intelligence), aplikasi BrainEye diklaim bisa membantu masyarakat Indonesia mendeteksi kesehatan otaknya secara berkala. Bila hasilnya kurang baik, masyarakat bisa mengambil langkah selanjutnya dengan ke dokter.
BrainEye menjelaskan dirinya sebagai perusahaan healthtech (health technology) asal Australia. BrainEye ingin merevolusi perawatan neurologis dan keselamatan olahraga dengan teknologi berbasis AI yang mudah diakses. Aplikasi BrainEye tersedia di Google Play dan App Store serta ditujukan untuk dijalankan pada smartphone. Dengan bantuan kamera depan, aplikasi BrainEye mengukur pergerakan mata pengguna dalam melihat target di layar untuk kemudian menilai kesehatan otaknya. Namun, aplikasi ini bukan mendiagnosis penyakit.
“Misi BrainEye adalah merevolusi perawatan neurologis dan keselamatan olahraga dengan teknologi berbasis AI yang mudah diakses. Indonesia adalah pasar yang berkembang pesat dengan peningkatan kesadaran akan kesehatan otak, performa olahraga, dan layanan kesehatan digital. Kami melihat ini sebagai peluang besar untuk memberikan dampak nyata melalui kemitraan strategis — dengan Austrade, otoritas kesehatan Indonesia, dan organisasi olahraga,” kata Steven Barrett (Chief Operating Officer BrainEye).
“Dengan masuk ke Indonesia, kami tidak hanya menawarkan aplikasi kesehatan otak inovatif, tetapi juga berinvestasi dalam masa depan perawatan preventif, keselamatan atlet, dan aksesibilitas kesehatan digital di wilayah ini,” lanjutnya.
Lebih Awal
BrainEye menjelaskan bahwa dengan aplikasi BrainEye pada smartphone, suatu pengguna bisa secara mudah memperoleh gambaran umum kesehatan otaknya saat itu serta tren perkembangan kondisi otaknya dari waktu ke waktu — dari para gambaran umum kesehatan otaknya. Lamanya waktu yang diperlukan untuk satu kali pemeriksaan pun diklaim kurang dari 40 detik. Biaya langganan aplikasi BrainEye yang terkoneksi ke cloud ini adalah Rp690.000 per tahun atau Rp82.000 per bulan.
Dengan persyaratan peranti keras, waktu, dan biayanya, aplikasi BrainEye lebih bisa dijangkau dibandingkan ke rumah sakit atau sejenisnya untuk mendeteksi kesehatan otak secara berkala. BrainEye memungkinkan deteksi lebih awal terhadap masalah kesehatan otak, begitu pula intervensi lebih awal berhubung bisa segera mendapatkan perawatan bila memang menurut pemeriksaan lanjutan benar ada masalah otak.
Dengan lebih dari 120.000 tes yang telah dilakukan di seluruh dunia, aplikasi BrainEye disebutkan sebagai perangkat medis Kelas 1m. BrainEye mengeklaim aplikasi BrainEye berbeda dengan pesaingnya: teknologi BrainEye telah teruji dan divalidasi secara klinis terhadap perangkat medis yang menjadi referensi standar.
Mengutip I3CGLOBAL, sebuah perangkat medis Kelas 1m maksudnya adalah sebuah perangkat medis yang ditujukan untuk mengukur suatu atribut tubuh. tanpa prosedur yang invasif atau koneksi dengan perangkat lain. Salah satu contoh perangkat medis Kelas 1m adalah timbangan badan.
“Gangguan neurologis sering kali baru terdiagnosis pada tahap akhir, setelah terjadi penurunan fungsi atau perilaku yang signifikan. BrainEye memungkinkan deteksi dan intervensi lebih awal — mengurangi beban penyakit, biaya perawatan kesehatan, dan ketergantungan jangka panjang,” jelas Associate Professor Joanne Fielding (Chief Scientific Officer BrainEye).
Penulis | : | Cakrawala Gintings |
Editor | : | Dayu Akbar |
KOMENTAR