Penulis: Meisia Chandra (Head of Accounts & Consulting, Storm Benefits Indonesia), Twitter: @mei168
GitLab adalah perusahaan yang istimewa. Dengan total pendanaan mencapai US$45,6 juta dan 275 orang karyawan, Gitlab ternyata sama sekali tidak memiliki kantor. Keseluruhan karyawan GitLab bekerja jarak jauh dari lebih dari 37 negara.
Sedikit tentang GitLab, perusahaan penyedia layanan Git-repository manager ini berdiri tahun 2011 dan kini memiliki lebih dari 100.000 klien. Layanan open source GitLab adalah aplikasi yang membantu pengguna dalam fase pengembangan dan operasi perangkat lunak (DevOps). Secara lebih spesifik, jasa mereka adalah membantu para developer dalam membuat kode, meninjau-ulang, dan melakukan deployment. Pada tahun 2015 GitLab bergabung di bawah payung akselelator Y Combinator dan tumbuh sangat pesat.
Salah satu hal menarik dari GitLab adalah penerapan remote working atau kerja dari jarak jauh. Bayangkan, Anda tak perlu lagi berangkat pagi-pagi ke kantor dan bekerja 9-to-5 setiap hari. Anda bisa bekerja dari rumah, atau dari mana saja sesuai keinginan Anda. Banyak startup ingin memberi fleksibilitas seperti ini kepada karyawannya, tapi tak banyak yang sukses menerapkan remote working. Bagaimana Gitlab melakukannya?
Founder GitLab Sid Sijbrandij pernah bekerja di korporasi besar, kantor pemerintahan, dan ia punya pengalaman tentang tempat kerja yang mengecewakan. Karena itu, ketika perusahaannya berkembang pesat, ia memutuskan untuk membuat rancangan organisasi yang sepenuhnya berbeda.
Saat ini sudah banyak tempat kerja yang mendukung remote working dengan mengijinkan karyawan sewaktu-waktu bekerja dari rumah. Tapi di Gitlab, Anda tidak perlu datang ke kantor sama sekali! Sebagian besar karyawan GitLab bekerja di rumahnya masing-masing. Apabila mereka tidak bisa atau tidak ingin bekerja di rumah, mereka boleh menyewa co-working space dengan biaya dari perusahaan. Karyawan juga didorong untuk bepergian ke luar negeri untuk mengunjungi rekan kerjanya.
Jarak dan perbedaan zona waktu yang berarti perbedaan waktu bekerja, tidak menjadi kendala bagi GitLab. Perangkat video call berbiaya rendah dan aplikasi messaging yang didukung internet cepat memungkinkan kolaborasi tanpa batas. Mereka bahkan dapat melakukan all-hands meeting yang diikuti lebih dari 200 orang dalam waktu yang sama menggunakan video call.
Dengan cara ini, GitLab dapat merekrut orang terbaik dari mana saja, tidak terbatas oleh lokasi. Di situs webnya, GitLab juga menuliskan remote manifesto dan delapan manfaat bekerja jarak jauh.
Coffee Break Call
Agar cara kerja ini berhasil, GitLab sangat mengandalkan komunikasi tertulis. Sid mengatakan, seperti dikutip dari Hackernoon, “Orang-orang masih perlu untuk berkolaborasi, mengobrol, dan merasa sebagai bagian dari tim. Sebagai manusia, kita suka mengobrol. Karena GitLab perusahaan remote only, kami perlu merencanakan interaksi sosial dengan sengaja.”
Setiap karyawan GitLab didorong untuk mendedikasikan beberapa jam seminggu untuk melakukan video call dengan rekan kerja yang mana saja, atau mengikuti Coffee Break Calls. Pada saat itu mereka membicarakan hal-hal yang tidak terkait pekerjaan, seperti apa yang dilakukan pada waktu senggang, acara TV yang mereka tonton, atau hal-hal apa saja.
Untuk memperkuat ikatan antarkaryawan, setiap sembilan bulan Gitlab mengadakan konferensi atau summit, yang lokasinya bisa di mana saja, dan menerbangkan seluruh karyawan ke sana selama satu minggu. Mereka pernah mengadakan summit di Amsterdam (Belanda), Cancun (Mexico), dan Crete (Yunani).
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR