CEO Xiaomi, Lei Jun pernah berjanji bahwa Xiaomi tidak akan mengambil untung lebih dari lima persen harga penjualan produk Xiaomi, yakni mencakup smartphone, perangkat IoT serta perangkat wearable.
Angka ini terbilang keuntungan yang sangat kecil untuk penjualan perangkat elektronik. Lantas dengan komitmen keuntungan maksimal lima persen ini bagaimana Xiaomi bisa bertahan?
Chew Souzi (Chief Finance Officer Xiaomi Global) mengatakan Xiaomi juga mengandalkan pendapatan dari bisnis penyedia jasa dan layanan Internet. "Meski saat ini, untungnya baru 8 hingga 10 persen, bisnis jasa dapat memberikan penghasilan besar untuk Xiaomi di masa mendatang," katanya.
"Kami juga bisa dapet income dari yang lain misalnya services, yakni internet service. Meski sekitar 8-10 persen revenue, tapi ini sangat signifikan untuk nett income kami, sebagaimana kalian tahu bahwa kami adalah perusahaan yang profitable," ungkap Chew.
"Hari ini baru internet service, mungkin di kemudian hari ada yang lain misalnya IoT," lanjutnya.
Chew juga mengatakan bahwa sejatinya dalam bisnis layanan internet, ada sumber keuntungan lain yang bisa didulang oleh Xiaomi. Misalnya dari pendapatan iklan.
"Jika mereka puas dengan service kami, mereka akan memberikan tip pada kami. Bagaimana cara mereka memberi tip? Mereka membiarkan kami untuk menampilkan iklan, atau dengan cara subscribe," imbuhnya.
"Kami percaya cara ini yang paling memungkinkan untuk menghasilkan uang. Kami merasa nyaman dengan cara ini. Itulah cara kami berbisnis," ujar Chew.
Janji untuk mengambil keuntungan maksimal lima persen ini dilontarkan Lei Jun di sela-sela peluncuran Mi 6X pada April lalu.
Lei Jun cukup berani melontarkan janji tersebut, mengingat persaingan industri semakin ketat. Untuk bertahan, para vendor harus menyusun strategi apik agar mampu menghimpun massa sembari mengambil untung yang besar.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR