Program “Gerakan Menuju 100 Smart City 2018” yang diselanggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR, Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan serta didukung oleh Kompas Gramedia telah memasuki tahap akhir.
Setelah pada 12-13 Desember kemarin para pemimpin/wakil pemimpin dari 50 kota/kabupaten mempersentasikan masterplan dan quick win Smart City-nya di hadapan tim penguji, hari ini (14/12/2018) acara puncak Closing Ceremony Gerakan Menuju Smart City 2018 kembali digelar.
Bertempat di Nusantara Hall, ICE BSD, Tangerang, acara ini berlangsung juga sekaligus untuk pemberian penghargaan kepada 50 kota/kabupaten yang sudah berpartisipasi dalam mengikuti program Smart City ini.
Dalam acara tersebut, Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informatika, dalam sambutannya kembali mengingatkan kepada masing-masing daerah akan hal penting di balik Smart City.
“Saat bicara mengenai Smart City, saya selalu sampaikan bahwa Smart City itu bukan beli teknologi atau beli komputer yang canggih. Hal penting yang harus dilakukan adalah bagaimana kita bisa memberikan dan meningkatkan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat,” kata Rudiantara.
“Sekarang itu adalah eranya disrupsi. Jadi kalau tidak kita yang mendisrupsi, maka kita sendiri yang akan terdisrupsi,” tambah Rudiantara.
Terkait Smart City, Rudiantara pun mencontohkan pemanfaatan teknologi untuk di bidang kesehatan. “Saya beberapa kali ke puskesmas di beberapa desa, selalu yang ditanya ketika orang ingin berobat itu hal yang berkaitan dengan administrasi. Lalu, kalau puskesmas tidak bisa menangani orang tersebut, maka akan dirujuk ke rumah sakit yang ada di kota. Lagi-lagi, yang ditanyakan pertama pasti sama yaitu terkait administrasi lagi.”
“Harusnya orang yang sakit, tidak lagi perlu mengurusi hal-hal administrasi. Semua puksesmas dan rumah sakit bisa terhubung dengan internet dan semua data-data masyarakat tersimpan aman disana. Kalo kita berpikir dengan pola seperti ini, ini bisa jadi contoh cara memberikan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat,” jelas Rudiantara
Baca Juga : Yogyakarta Luncurkan Aplikasi Jogja Smart Service (JSS)
Sementara itu, Samuel Abrijani selaku Dirjen Aplikasi dan Informatika Kominfo, mengatakan “Saya banyak melihat antusias yang tinggi dari berbagai daerah yang ikut program ini. Yang pasti, perlu dingat bahwa Smart City tidak bisa dicapai dengan cepat, dalam satu tahun saja misalnya. Jadi harus ada dan matang masterplan-nya, tahun pertama harus apa, tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya.”
“Seperti kata pak Rudiantara tadi, yang perlu ditekankan betul-betul itu bahwa Smart City bukan hanya belanja teknologi, tapi bagaimana mengefisiensi pelayanan untuk masyarakat di daerah,” tambah Samuel.
Penyerahan Penghargaan Kepada Masing-masing Daerah yang Telah Mengikuti Program Smart City 2018
Baca Juga : Inilah Inovasi Kota Surakarta di Gerakan Menuju 100 Smart City
Seperti diketahui, “Gerakan Menuju 100 Smart City” adalah program yang bertujuan mendorong pemanfaatan teknologi dalam menjawab tantangan maupun peluang yang dihadapi oleh masing-masing kota/kabupaten.
Gerakan Menuju 100 Smart City yang sudah dilakukan sejak tahun 2017 ini sebelumnya telah melibatkan 25 kota/kabupaten. Di tahun 2018 ini, terdapat 50 kota/kabupaten yang telah mendapatkan pendampingan.
Tahun depan, pendampingan akan dilakukan terhadap 25 kota/kabupaten lain sehingga di tahun 2019, nantinya akan ada 100 kota/kabupaten yang sudah berpartisipasi dalam program ini.