Find Us On Social Media :

Teknologi yang Bakal Memudahkan Hidup Para Difabel

By Dayu Akbar, Kamis, 27 Desember 2018 | 08:00 WIB

Lengan robot ini memiliki banyak sensor untuk mengatur feedback yang akan diberikan padanya. Dengan adanya sensor itu, DEKA dapat menyesuaikan kuatnya genggaman sesuai “permintaan” pengguna.

Kaki Robotic BiOM

kredit: www.ted.com

Alat robotik yang tersedia untuk para difabel bukan hanya tangan, melainkan juga kaki. Kali ini bukan dari Dean Kamen, melainkan Hugh Herr, seorang difabel yang kehilangan kedua kakinya karena kecelakaan.

Tidak berputus asa, Hugh Herr justru mengembangkan sebuah kaki palsu yang terdiri dari kombinasi logam, kayu, dan karet. Motivasi awalnya sebenarnya “sederhana”, supaya dia bisa melakukan hobinya memanjat tebing lagi.

Kini kaki robotik bernama BiOM tersebut sudah jauh lebih canggih lagi. BiOM memiliki sensor robotik yang bisa mereplikasi otot-otot kaki, serta memiliki sistem mekanis yang membuat pengguna bisa berjalan seperti layaknya menggunakan kaki sebenarnya.

Implan Koklea

kredit: https://financialtribune.com

Mereka yang memiliki disabilitas dalam wujud tunarungu pastilah akan sangat terbantu dengan implan Koklea ini. Implan Koklea bukanlah alat bantu dengar biasa yang digunakan seperti menggunakan earphone, melainkan “ditanam” di dalam telinga penggunanya.

Fungsi implan Koklea bukan sekadar memperkuat suara supaya bisa didengarkan oleh mereka yang lemah pendengarannya. Perangkat ini benar-benar menggantikan fungsi koklea di telinga bagian dalam.

Suara yang ada di sekitar pengguna ditangkap menggunakan satu mikrofon atau lebih, kemudian diubah menjadi sinyal digital dan dihantarkan ke implan Koklea. Implan inilah yang akan merangsang sistem saraf pendengaran hingga sampai ke otak dan diterima sebagai suara.

Kacamata OxSight

kredit: www.oxsight.co.uk

Jika berbicara tentang kacamata augmented reality, masih banyak orang yang mengaitkannya dengan game. Namun kacamata augmented reality ternyata juga bisa membantu mereka yang memiliki penglihatan kurang baik (low vision) atau bahkan tunanetra. Salah satunya adalah OxSight.

OxSight memang memiliki cara kerja mirip dengan augmented reality kebanyakan. OxSight menggunakan sistem kamera yang unik dan hasil tangkapannya diolah dengan algoritme khusus untuk mendeteksi dan memperjelas objek atau benda, dan memisahkannya dari latar belakang.

Saat ini ukuran dan bentuk OxSight masih cukup mencolok. Namun pengembangnya terus berusaha memperbaharuinya agar lebih pantas untuk digunakan sehari-hari.