Aplikasi TikTok selama ini mungkin lebih dikenal sebagai aplikasi karaoke dan video unik. Akan tetapi, TikTok sebenarnya bisa dimanfaatkan pemerintah daerah dalam mendukung smart city.
Hal tersebut diungkapkan Donny Eryasatha (Head of Public Policy untuk Indonesia, Malaysia dan Pilipina).
“Contohnya di kota Da Nang, Vietnam, TikTok dimanfaatkan untuk mempromosikan objek wisata di kota tersebut” ungkap Donny.
Sementara di China, TikTok memiliki program Heritage Project dengan bekerjasama dengan museum.
“Jadi kami membuat animasi dari patung atau arca dari museum tersebut, sehingga mereka menjadi “hidup” dan interaktif” tambah Donny.
Semua inisiatif tersebut dilakukan agar pemerintah dapat menyentuh segmen millenial.
“Karena untuk kaum millennial, mereka sudah tidak mau lagi mengunjungi situs resmi pemerintah” ungkap Donny. Karena itu, penting bagi pemerintah untuk masuk ke platform yang menjadi tempat “berkumpul” kaum millenial.
Donny sendiri meyakini, platform seperti TikTok juga memudahkan pemerintah dari sisi konten.
“Karena TikTok dirancang untuk membuat video yang diambil dari smartphone” tambah Donny.
Artinya konten yang dihasilkan tidak perlu formal dan menggunakan peralatan videografi yang rumit. Di dalam aplikasi TikTok juga sudah ada pilihan stiker, efek, dan suara yang memudahkan pembuatan video.
Tantangannya tinggal bagaimana membuat konten yang unik dan menarik. Untuk itu, Donny memiliki saran.
“Buat video yang casual dan tidak perlu formal. Misalnya saat pejabat melakukan kunjungan ke sebuah daerah, buat video pendek sekitar 15 detik” ungkap Donny.