Go-Jek mengungkapkan saat ini Go-Food sudah memiliki 400 ribu merchant dan 80 persen di antaranya adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), meningkat dari awal 2018 yang berjumlah 125 ribu merchant.
"Go-Jek itu berangkat dari keinginan untuk empower UMKM. Go-Food saat ini sudah memiliki 400 ribu mitra UMKM. Dari awal memang visi kita memang untuk empower UMKM-UMKM ini," kata Chief Commercial Expansion Go-Jek Catherine Hindra Sutjahyo di Jakarta.
Karena itu, Go-Jek meluncurkan program Go-Jek Wirausaha yang menargetkan bisa menjaring 35 ribu UMKM untuk merambah dunia digital.
Program dapat membantu program Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) soal gerakan nasional 8 juta UMKM go-digital.
"Meskipun UMKM yang sudah bergabung 400 ribu masih jauh dari 8 juta, kalau kita bandingkan dengan 125 ribu awal 2018, jadi satu tahun kemarin cukup pesat. Mudah-mudahan tahun ini lebih pesat lagi," imbuh Catherine.
Catherine mengklaim merchant yang telah bergabung dengan Go-Jek memiliki perkembangan bisnis yang pesat hingga 3,5 kali lipat karena memiliki jangkauan pasar yang lebih luas.
"Itu mereka bisnisnya berkembang sampai 3,5 kali lipat. Bahwa bergabung dengan sistem online ini pangsa pasar berkembang," ujarnya.
Program Go-Jek Wirausaha sebenarnya telah dilakukan di 9 kota termasuk Jakarta. Lewat program ini Go-Jek bekerja sama dengan pelatih yang ahli dalam bidang wirausaha serta para UMKM yang telah sukses naik kelas untuk memberikan tips mengelola usaha serta pemahaman wirausaha.
35.000 UMKM Indonesia
Tahun ini, Go-Jek menargetkan bisa menjaring 35 ribu UMKM yang bergabung ke digital karena masih banyak para pelaku UMKM yang belum memanfaatkan teknologi untuk memperluas dan mengembangkan bisnisnya.
"Kami percaya basis UMKM yang besar di Indoneia berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun masih terdapat tantangan yang dihadapi oleh UMKM," kata Catherine.
Plt Direktur Pemberdayaan Informatika Kominfo Slamet Santoso mengatakan saat ini sebanyak 36 persen pelaku UMKM berada di kategori pure offline. 37 persen lainnya online dasar yang memanfaatkan website dan menengah yang berjualan di media sosial. Sementara untuk kategori UMKM advance dalam memanfaatkan digital baru 9%. Mereka adalah UMKM yang sudah merambah ke e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, Blibli dan lainnya.