Microsoft merombak pula cara interaksi pengguna dengan obyek, menggunakan model instingtual yang lebih akurat untuk melacak tangan pengguna.
Dengan begitu, pengguna lebih mudah berinteraksi dengan hologram. Ada pula tombol yang bisa dimanipulasi langsung dengan menekannya, sehingga tidak hanya menimbulkan gestur abstrak saja.
Sebagai contoh, dalam demonstrasinya, pengembang HoloLens 2 memamerkan kemampuan memainkan piano dengan menekan tuts virtual langsung.
Tidak Dijual Bebas
Sejak HoloLens generasi pertama, Microsoft memang tidak menargetkannya untuk konsumen umum.
Perusahaan yang berbasis di Redmond, Washington ini spesifik membidik pasar bisnis yang lebih membutuhkannya. Misalnya perusahaan arsitektur, NASA, dan kesehatan.
Microsoft juga mengumukan software baru bernama Dynamics 365 Guides untuk HoloLens 2.
Piranti lunak ini memungkinkan perusahaan untuk mendokumentasikan proses dan prosedur secara virtual.
Sehingga jika ada pegawai baru, mereka bisa melakukan prosedur yang sama, sesuai yang sudah terdokumentasi seperti dikutip Anand Tech.
HoloLens 2 akan dijual dengan harga 3.500 dollar AS atau Rp 49 juta. Ini menjadi alasan paling masuk akal mengapa Microsoft tidak menargetkannya ke pengguna biasa. HoloLens 2 akan mulai tersedia tahun ini.
Selain HoloLens 2, Microsoft juga meluncurkan Azure Kinect, sebuah developer kit yang memungkinkan perangkat berbasis IoT untuk menggunakan model computer vision dan computer speech berbasis ekosistem Azure Sphere yang diumumkan bulan Agustus 2018 lalu.
Azure Kincet menawarkan kamera wide-view dan narrow-view dan juga kemampuan untuk mengaitkan beberapa kamera sehingga memberikan pemandangan panorama.
Sebagai perkakas para pengembang, Microsoft juga menawarkan SDK (software developer kit) dan dokumentasi untuk menunjukan cara bagaimana untuk memulai.
Azure Kinect dijual mulai dari 399 dollar AS atau Rp5,5 jutaan