Instagram paling banyak dipakai penjahat seks untuk mempengaruhi (grooming) anak-anak dibandingkan media sosial lainnya, demikian temuan sebuah badan kemanusiaan Inggris, National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC).
Polisi di Inggris dan Wales mencatat 1.944 peristiwa komunikasi seksual dengan anak-anak dalam enam bulan sampai September 2018, kata LSM itu.
Instagram digunakan pada 32 persen dari 1.317 kasus di mana sebuah metode dicatat, pada Facebook sebesar 23 persen dan 14 persen di Snapchat.
Instagram dan Facebook menyatakan mereka secara "agresif" melawan grooming, sementara Snapchat menyatakan hal ini "tidak bisa diterima".
Setelah menghadapi tekanan para pegiat, komunikasi seksual dengan anak-anak diperlakukan sebagai sebuah pelanggaran hukum di Inggris pada bulan April 2017.?
Dalam waktu 18 bulan setelahnya, lebih dari 5.000 pelanggaran grooming online dicatat polisi, menurut data yang dikumpulkan NSPCC.
Badan tersebut menyatakan angka itu tidak "benar-benar mewakili skala masalah" karena banyak kejahatan yang tidak diketahui atau dilaporkan.
Ketika polisi mencatat umur dan jenis kelamin, tujuh dari 10 korban adalah anak perempuan berumur 12 sampai 15 tahun. Satu dari lima orang berumur 11 tahun atau di bawahnya. Korban termuda berumur lima tahun.
NSPCC mengatakan 39 dari 43 organisasi polisi di Inggris dan Wales menjawab permintaan Freedom of Information, hanya polisi Surrey, Sussex, Northampton dan City of London yang tidak memberikan data.
LSM anak-anak ini mendesak adanya hukum baru untuk memaksa perusahaan media sosial lebih berusaha untuk melindungi anak-anak.
Pada sebuah kasus pelecehan yang disampaikan NSPCC, seorang anak perempuan dipengaruhi pria berumur 24 tahun sejak dia berusia 13 tahun.
Emily - bukan nama sebenarnya - bertemu seorang pria lewat seorang teman. Dia memperkenalkan diri dan mengatakan berumur 16 tahun. Pria tersebut segera menggantinya menjadi 18 tahun.