Find Us On Social Media :

Gara-gara ini Adopsi Teknologi AI di Indonesia Masih Rendah

By Adam Rizal, Kamis, 14 Maret 2019 | 15:30 WIB

Gara-gara ini Implementasi Teknologi AI di Indonesia Rendah

Menurut studi yang dilakukan Microsoft bersama dengan firma riset IDC tentang adopsi kecerdasan buatan (AI) di kawasan Asia Pasifik, Indonesia terbilang masih minim dalam pengadopsian teknologi tersebut.

Survei bertajuk "Future Ready Business: Assessing Asia Pasific's Growth Potential Through AI" ini membuktikan hanya 14 persen perusahaan di Indonesia yang telah benar-benar mengadopsi AI.

Survei ini mengambil sampel dari perusahaan di sektor industri agrikultur, otomotif, pendidikan, kesehatan, manufaktur, ritel, telekomunikasi, media, jasa keuangan, pemerintah, dan layanna jasa.

Dari studi yang melibatkan 112 pemimpin bisnis dan 101 karyawan di Indonesia, rendahnya adopsi AI disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan antara pemimpin dan karyawan mengenai implementasi AI.

Terutama masih banyaknya pekerja yang skeptis dengan adopsi AI di perusahaannya. "Pegawai lebih skeptikal dibanding pemimpin bisnis tentang pengadopsian AI di organisasi mereka," ujar Haris Izmee, Presiden Direktur Microsoft Indonesia.

Kendati demikian, sudah banyak perusahaan yang mulai ancang-ancang untuk memgimplementasikan AI dan melakukan eksperimen.

"Sebesar 42 persen sudah berencana mengadopsi dan mulai bereksperimen dengan AI. Ini kabar bagus untuk kita," imbuh Haris.

Ia menambahkan, masih ada 44 persen perusahaan yang disurvei, yang sama sekali belum mengadopsi AI. Tak hanya perusahaan, AI juga mulai diterapkan di sektor pemerintah.

Haris mengatakan bahwa sudah banyak kementrian di Indonesia yang bereksperimen dengan AI.

"Sebab data yang dikelola pemerintah itu banyak sekali. Ada yang manual ada yang digital. Banyak pemerintah yang bertanya kepada kami bagaimana cara menggunakan AI (untuk mengelola data)," jelasnya.

Selain paradigma negatif tentang AI yang mengancam pekerjaan manusia, Haris menjabarkan tiga tantangan lain yang dihadapi untuk mendorong perusahaan menggunakan AI. Ketiga hal tersebut adalah kepemimpinan, kemampuan (skill), dan budaya.

"Di Microsoft sendiri, kami masih dalam perjalanan transformasi dari segi budaya dan skill. Kami juga sedang banyak melakukan banyak pelatihan," ungkapnya.