Jumlah pengguna jaringan 2G yang kian menurun membuat operator seluler XL Axiata mulai mematikan jaringan 2G secara perlahan sejak 2018 lalu.
XL memperkirakan jaringan 2G miliknya akan mati total dalam kurun waktu dua tahun ke depan.
Menurut Chief Technology Officer XL Axiata, Yessie D. Yosetya, penonaktifan jaringan 2G milik XL Axiata dilakukan secara bertahap dari cluster ke cluster. XL akan mematikan jaringan 2G di wilayah tertentu yang jumlah penggunanya semakin menyusut.
"Sudah dari tahun 2018. Dari tahun 2018 kami melakukan akselerasi depresiasi untuk 2G dan itu dengan melakukan shutdown 2G network. (penutupannya) per cluster jadi yang kami lihat adalah kalau traffic makin rendah baru tutup 2G-nya," kata Yessie.
Yessie menambahkan, nantinya jika penutupan jaringan 2G ini telah rampung, maka sisa frekuensi kosong yang semula digunakan jaringan 2G akan dialokasikan untuk dimanfaatkan oleh jaringan 4G.
"Jadi saat melakukan shutdown 2G, yang menjadi benefit adalah frekuensi jadi terbuka untuk kami re-farm. Nah yang kami re-farm untuk jaringan LTE. Jadi untuk 4G," kata Yessie.
Direktur Keuangan XL Axiata, Moh Adlan Bin Ahmad Tajuddin, juga mengatakan bahwa penonaktifan jaringan 2G secara bertahap ini dilakukan agar pengeluaran perusahaan jadi lebih efisien. Teknologi jaringan 2G, dianggap sebagai teknologi lawas yang berbiaya besar.
"Jaringan 2G teknologi lama. Tidak efisien. Kalau kami bisa shutdown 2G, kan kemudian bisa untuk 4G. Bisa meningkatkan kualitas 4G," kata Adlan.
Wilayah Timur
Operator seluler XL Axiata pada 2019 ini akan fokus memperluas jaringan data di luar Pulau Jawa, khususnya wilayah timur Indonesia. Upaya ini dilakukan lewat pembangunan BTS 3G dan 4G serta pembangunan backbone fiber optic.
Menurut Chief Technology Officer XL Axiata, Yessie D. Yosetya, XL akan menargetkan daerah-daerah terpencil di luar Pulau Jawa untuk memperluas area jaringan data. Saat ini, XL memiliki sekitar 118.596 BTS dan 45.000 km kabel fiber optik yang dapat mengantarkan koneksi data kepada pengguna di seluruh Indonesia.
"2019 ini kami akan coba koneksikan dari Sabang sampai Merauke. Kami juga sudah punya jaringan yang baik di NTT dan NTB," kata Yessie.
Ia menambahkan bahwa pada tahun ini selain NTT dan NTB, XL juga akan mulai membangun jaringan di wilayah Ternate dan Jayapura. Selain itu, bersamaan dengan perluasan area coverage, XL juga akan menggenjot fiberisasi jaringan agar lebih modern.
"Kami akan terus investasi untuk pembangunan jaringan. Jadinya lebih luas. Bahkan sebelum 2019, di wilayah timur Indonesia hampir tidak ada. Tapi sekarang di NTT sudah ada jaringan data di 31 kab kota," kata Yessie.
Khusus di Kawasan Timur Indonesia, jaringan data XL Axiata telah melayani pelanggan di 150 kota/kabupaten (Jawa timur, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua).
Dengan perluasan jaringan di tahun ini, diharapkan wilayah layanan XL Axiata di Kawasan Timur Indonesia akan bertambah lebih dari 41 persen yang dibanding tahun 2018.
XL juga mengklaim bahwa berdasarkan data tahun 2018 lalu, terlihat adanya kontribusi berupa pertumbuhan trafik layanan data yang signifikan dari berbagai wilayah luar Jawa yang telah ditingkatkan kualitas jaringan datanya, Beberapa wilayah tersebut antara lain Sumatera, Kalimantan, dan NTB.
Sementara itu di area lainnya, terlihat adanya pertumbuhan permintaan pasasr yang kuat terhadap layanan data.
Hal inilah yang melatarbelakangi XL untuk menggenjot jaringan data di luar Jawa, khususnya bagian timur Indonesia.
Senada dengan Yessie, Direktur Keuangan XL Axiata, Mohamed Adlan Bin Ahmad Tajuddin, juga mengatakan bahwa saat ini sebagian besar pendapatan XL memang berasal dari data.
Bahkan jumlah pengguna yang masih menggunakan SMS dan voice call cenderung menurun dan telah mandek.
"Voice dan SMS 20 persen. Sisanya data. Pertumbuhan revenue XL akan lebih baik ke depan. Dari segi smartphone, penetrasi juga tinggi. Peningkatan trafik 2018 naik jadi di atas 80 persen. Forecast 2019, pertumbuhan trafik akan kuat," kata Adlan.