Tim peneliti dari berbagai organisasi dunia berhasil mendapatkan foto lubang hitam (black hole) dari galaksi Messier 87. Foto lingkaran hitam dengan cincin cahaya di sekitarnya menjadi monumental karena inilah pertama kalinya manusia mendapatkan foto lubang hitam.
Pencapaian ini tidak lepas dari peran Katie Bouman, seorang computer scientist dari MIT yang membantu ahli antariksa.
Mengapa foto lubang hitam menjadi penting?
Inilah foto lubang hitam yang berhasil didapatkan tim Event Horizon Telescope
Meski secara teori sudah terbukti, lubang hitam tidak pernah dapat dibuktikan secara foto. Dengan jarak mencapai 55 juta tahun cahaya, mendapatkan foto lubang hitam adalah tantangan yang sangat sulit. Tingkat kesulitannya bisa dianalogikan seperti memotret anggur di permukaan bulan dari bumi.
Satu cara yang mungkin untuk memotret lubang hitam adalah menggunakan gelombang radio. Namun untuk mengambil sejauh dan sekecil lubang hitam, dibutuhkan teleskop gelombang radio dengan diameter 10 ribu km. Dan hal itu tidak mungkin dibuat, karena diameter bumi saja cuma 13 ribu km.
Karena itulah tim peneliti kemudian mengambil pendekatan lain. Caranya dengan menggunakan teleskop gelombang radio dari berbagai titik di dunia, lalu hasilnya dikumpulkan. Teorinya, data pemotretan yang terkumpul bisa disatukan menjadi sebuah foto lubang hitam. Sebuah kerjasama bernama Event Horizon Telescope pun terbentuk, dengan melibatkan delapan organisasi, seperti ALMA di Chile, JCMT di Hawaii, sampai MLT di Meksiko.
Pada April 2017, kondisi cuaca memungkinkan tim peneliti memotret lubang hitam di galaksi Messier 87. Dari hasil observasi ini, data mentah berukuran petabytes berhasil terkumpul.
Namun data sebesar itu sebenarnya tetap belum cukup menggambarkan sebuah lubang hitam. Harus ada teknik interpolasi (alias mengisi bagian-bagian yang kosong) dari foto yang sudah tertangkap. Di sinilah peran penting Katie Bouman.
Siapakah Katie Bouman?
Inilah deretan harddisk berisi data berukuran petabyte yang harus diolah Katie menjadi foto
Katie Bouman adalah computer scientist lulusan MIT. Wanita berumur 29 tahun ini tidak memiliki latar belakang di bidang astronomi, namun keahliannya dalam computer vision membuatnya cocok menjadi bagian dari project Event Horizon Telescope ini.