Ada enam teknologi yang menjadi syarat untuk implementasi jaringan generasi kelima atau 5G di Indonesia.
Untungnya, ke-enam teknologi itu dibangun berdasarkan jaringan 4G yang sudah ada atau dibangun ulang menjadi 100 persen infrastruktur 5G.
Teknologi 5G bisa dibangun dari infrastruktur 4G karena pada dasarnya konsep frekuensi radio 5G serupa dengan 4G.
"Basic radio frequency-nya sama. Namun di dalam frekuensi tersebut ditambahkan perangkat agar jaringan lebih cepat dan akurat dibandingkan 4G," kata VP Technology Relations and Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo di Bandung.
Selain itu, Munir mengatakan jaringan 5G menawarkan kecepatan unduh dan unggah antara 1Gbps hingga 10Gbps, jauh lebih cepat dari jaringa 4G yang masih menggunakan satuan Mbps.
Para operator telekomunikasi harus menambahkan ke-enam teknologi yaitu carrier aggregation (CA), small cell, Multi Input Multi Output Antenna (MIMO), Quadratur Amplitude Modulations (QAM), beam forming, hingga full duplex.
1. Carrier Aggregation
CA adalah teknologi yang memungkinkan agar jaringan berjalan di dua frekuensi berbeda. Keuntungan adalah kecepatan bisa dilipatgandakan untuk meningkatkan bandwidth.
"Carrier aggregation ini kewajiban utama yang harus dimiliki 5G. Wifi dan 4G bisa diagregasi demi kepentingan kecepatan data," ujarnya
2. Small Cell
Small cell adalah based transceiver station (BTS) untuk menaungi area geografis yang kecil. Small cell berperan untuk mengirimkan kecepatan data dan lattency yang rendah demi kebutuhan 5G.
"Small cell lebih baik untuk mengantarkan sinyal karena jaraknya lebih dekat daripada harus ada tower yang sampai 20 meter. Tujuan small cell supaya lebih pendek jarak antara BTS dengan perangkat," kata Munir.