Find Us On Social Media :

Ada Sistem "Kasta" Bikin Pegawai Kontrak Menderita Bekerja di Google

By Adam Rizal, Senin, 3 Juni 2019 | 09:40 WIB

Ilustrasi Google

Google belakangan diketahui lebih banyak mempekerjakan karyawan kontrak dibanding pegawai tetap.

Kenyataan tersebut diungkap lewat bocoran dokumen internal Google yang dikumpulkan oleh New York Times.

Hingga bulan Maret lalu, pekerja kontrak Google kurang lebih berjumlah 121.000 orang di seluruh dunia. Angka itu lebih banyak dari jumlah pegawai tetap Google yang totalnya ada 102.000 orang.

Hal ini menjadi menarik untuk dibahas lantaran ketidakseimbangan tersebut bisa menciptakan kesenjangan di lingkungan kerja Google, dimana status pekerja kontrak berada di bawah pegawai tetap.

Misalnya seperti yang diceritakan oleh Mindy Cruz, seorang mantan pegawai kontrak yang mulai bekerja di bagian SDM Google pada 2017.

Meski sama-sama bekerja di kantor pusat Google di Mountain View dan menggunakan alamat e-mail dengan domain "Google", gaji dan fasilitas yang didapatkan Cruz tidak sebanyak para pegawai tetap.

Namun, dia tetap ingin bekerja menjadi pegawai kontrak dengan harapan suatu saat bisa diangkat menjadi karyawan tetap Google.

Sayang, alih-alih meraih impian tersebut, Cruz justru dipecat karena menolak menjalin asmara dengan atasannya.

Gara-gara itu pula, dia tak dibolehkan lagi bekerja di Google selamanya. "Rasanya sangat tidak adil. Mereka merebut peluang yang sangat besar ini," keluhnya.

"Googlers" versus "TVC"

Isu pembedaan status karyawan Google sudah mencuat sejak tahun lalu. Kala itu bahkan diberitakan bahwa Google memberikan dua badge atau lencana untuk membedakan status karyawan.

Lencana merah untuk pegawai kontrak, dan lencana putih untuk karyawan tetap. Para pegawai kontrak biasanya dipekerjakan oleh perusahaan agensi SDM yang bekerja sama dengan Google. Mereka melakoni berbagai macam pekerjaan mulai dari moderasi konten hingga menguji software.